info@ff.unair.ac.id +62-31-5937824

Dekan FF UNAIR Mengemukakan Dampak Paparan BPA

Penelitian yang dilakukan Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (FF UNAIR), Prof. apt. Junaidi Khotib, M.Kes., Ph.D., berjudul “Dampak Paparan Bishpenol-A pada Brain Development dan Gangguan Perkembangan Mental” menunjukkan betapa berbahayanya BPA.

Prof. Junaidi mengatakan, kajian tersebut menyatakan bahwa perkembangan dan fisiologi hipotalamus neuroendokrin dan pengendalian keseimbangan energi mengalami gangguan, dan proses learning memori pada hipokampus mengalami penurunan. Adanya BPA juga akan menimbulkan kerusakan yang kompleks dengan melibatkan jalur hormonal dan epigenetik.

"Meski sampai saat ini, kuantitasi gangguan pada model tikus secara invivo belum dapat ditranslasikan ke dalam model dosis-response yang sangat jelas pada manusia. Tetapi ini harus menjadi pemikiran dan peringatan akan adanya gangguan kesehatan yang akan terjadi ketika terdapat pemaparan BPA dan berdampak serius pada kesehatan manusia baik secara fisik maupun mental", tutur beliau.

Menurut Prof. Junaidi, fokus penelitian beliau adalah untuk mengevaluasi dampak BPA terhadap gangguan pembentukan dan maturasi sel syaraf pada otak berdasarkan data invitro, invivo dan epidemiologi. “Upaya ini berhubungan erat dalam mencegah timbulnya berbagai gangguan syaraf, mental, perilaku dan kualitas generasi Indonesia pada masa depan,” kata beliau.

Tak lupa Prof. Junaidi juga mengungkapkan beberapa poin kesimpulan penting terkait penelitiannya. Pertama, paparan BPA pada kultur sel syaraf dan penyangga menghasilkan perubahan dalam aktivitas, proliferasi, deferensiasi serta fisiologi sel syaraf dan penyangga dalam mengekspresikan protein spesifik.

Kedua, paparan BPA secara invivo pada hewan coba pada fase prenatal dan neonatal menimbulkan perubahan diferensiasi, maturasi dan perkembangan sistem persyarafan dalam otak, yang berdampak pada perubahan perilaku dan learning memory hewan coba.

Ketiga, paparan BPA berhubungan erat dengan kandungan BPA dalam urin dan marker kerusakan DNA. Hal itu berpeluang menimbulkan gangguan tumbuh kembang terutama pada ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder), ASD (Autism Spectrum Disorder) dan gangguan kesehatan mental pada anak-anak.

Berdasarkan kajian itu, Prof. Junaidi Khotib merekomendasikan beberapa langkah untuk mencegah paparan dan dampak merugikan pada manusia. Pertama, edukasi dan peningkatan kesadaran kepada masyarakat terkait dengan kemampuan secara bijak dalam memilih produk makanan atau minuman yang menggunakan kemasan primer yang bebas BPA.

Kedua, pendampingan pada produsen dalam meningkatkan costumer awareness melalui upaya menjaga keamanan produk dari paparan senyawa berbahaya bagi Kesehatan seperti BPA. Pengendalian dan monitoring penggunaan kemasan dapat dilakukan dengan baik.

Ketiga, komitmen dan tanggung jawab produsen dalam menjamin keamanan produk melalui studi pharmacovigilance yang intensif terkait dengan migrasi/pelepasan BPA dari kemasan dan dampak bagi kesehatan.

Dan keempat, upaya Lembaga Autorisasi dalam perijinan produk makanan dan minuman dengan tidak melakukan pembiaran peluang pemaparan bahan berbahaya BPA melalui pemberian label pada kemasan primer pada makanan dan minuman.

 

Sumber:

https://lifestyle.okezone.com/read/2022/05/27/612/2601263/begini-hasil-penelitian-dampak-paparan-bpa?utm_medium=sosmed&utm_source=whatsapp

https://mediaindonesia.com/humaniora/495326/paparan-bpa-berpotensi-timbulkan-gangguan-tumbuh-kembang-anak