info@ff.unair.ac.id +62-31-5937824

Prof. Syahrani Ajak Fastabikhul Khoirot

(*). Kali ini Fakultas Farmasi Universitas Airlangga mendapat kehormatan religius. Salah satu Fakultas Farmasi tertua di Indonesia ini, berkesempatan untuk menjadi tuan rumah dalam sebuah kegiatan kerohanian, Kamis (22/5) kemarin, di ruang lantai III FF, Kampus B, Unair.

Bersama warga Unair yang lain, Fakultas Farmasi berkesempatan mendengar siraman rohani dalam sebuah acara pengajian rutin yang diselenggarakan oleh KORPRI (Korps Pegawai Negeri Republik Indonesia) Universitas Airlangga. Dalam kesempatan itu, para tamu disambut langsung oleh Dekan Fakultas Farmasi, Prof. Dr. Achmad Sjahrani, MS., Apt., selaku tuan rumah.

Tak hanya mendapat kehormatan, menurut KH. drs. Solichin Yusuf yang memberikan ceramah saat itu, jamaah yang hadir di Fakultas Farmasi kemarin itu disebut sebagai orang-orang yang dinaungi keberunrungan. “Ini tanda keberuntungan dari Allah. Kita berkumpul di sini untuk mencari ilmu. Ini juga tanda dikehendaki baik oleh Allah. Sementara orang lain, kita lihat beraneka macam kegiatannya,” terang Kyai Solichin Yusuf.

Menurut ceramah yang disampaikannya, hidup ini janganlah digunakan untuk hal yang tidak bermanfaat. Suatu hal yang menjadikan murka Alla SWT. “Dunia ini lahan akhirat. Semoga kita diberikan umur yang bermanfaat dan barokah. Untuk itu, kita hidup, jika ingin tenang, haruslah sesuai dengan program Allah,” ujar Kyai Solichin dengan lugas.

Kyai yang ternyata juga pintar melantunkan tembang Jawa ini menambahkan, bahwa menjadi seorang muslim jangan hanya kulitnya saja. Dalam hal ini, modal iman dan taqwa harus terus dijaga.

Lain daripada itu, Kyai Solichin Yusuf juga menandaskan, bahwa Islam melarang umatnya untuk bersifat bakhil (kikir). Seraya mengajak hadirin berujar, Kyai Solichin mengingatkan bahwa “bakhil adalah pembuka dosan, dan penutup pahala”. Bahayanya, diyakini akan merasuk pada sendi-sendi kehidupan yang lain.

Dalam ceramahnya, Kyai Solichin banyak berharap, agar warga Farmasi Unair khususnya, dihimbau untuk rajin mengeluarkan zakat, dan menjauhi sifat kikir. “Sekarang ini, hasil orang Indonesia yang membayar zakat hanya mencapai Rp. 600 milyar. Padahal, jika seluruh muslim membayar zakat, harusnya akan terkumpul hingga Rp. 20 triliun,” papar Kyai Solichin Yusuf.

Dalam sesi Tanya jawab, Prof. Sjahrani meminta Kyai Solichin untuk menegaskan kembali tentang makna “fastabikhul khoirot”. Tentunya dalam konteks bekerja di lingkungan Farmasi. Dijelaskan oleh Kyai Solichin, bahwa manusia memang dianjurkan untuk melakukan fastabikhul khoirot (lomba ing tumindak kabecikan lan amal sholeh). Yakni berkompetisi dalam melakukan kebaikan. Hal ini juga diyakini akan merangsang umat untuk mengerjakan kebaikan di tempat ia bekerja.

“Manusia memang punya nafsu. Jadi di kantor, sebisa mungkin kita bergaul atau bekerja bersama orang-orang yang dekat dengan Allah SWT. Ini akan cukup membantu kita,” pungkas Kyai Solichin Yusuf.