info@ff.unair.ac.id +62-31-5937824

Informasi Seputar Vaksin oleh Ibu apt. Arina Dery Puspitasari, M.Farm.Klin.

Kali ini, giliran Ibu apt. Arina Dery Puspita Sari, M.Farm.Klin. yang merupakan salah satu dosen di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga membagikan beberapa informasi menarik terkait Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) vaksinasi Covid-19, mulai dari KIPI yang sering muncul hingga cara mengatasinya. Berikut merupakan informasi yang beliau sampaikan:

1. Apa saja vaksin yang beredar dan digunakan di Indonesia serta bagaimana efektivitasnya untuk kondisi saat ini?
Vaksin yang beredar di Indonesia harus memiliki nomor izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan. Ada 6 vaksin yang telah lolos EUA (Emergency Use Authorization) dari BPOM, diantaranya yaitu :
● Sinovac (11 Januari 2021)
● Biofarma (16 Februari 2021)
● Astrazeneca (22 Februari 2021)
● Sinopharm (29 April 2021)
● Moderna (2 Juli 2021)
● Comirnaty Pfizer (14 Juli 2021)

Setiap vaksin memiliki efikasi masing-masing dan ada pula penelitian yang menunjukkan bahwa tiap jenis vaksin memiliki efektivitas yang berbeda tergantung kelompok usia. Vaksin yang diberikan EUL maupun EUA merupakan vaksin yang memiliki efikasi >50%.

2. Apakah vaksin akan selalu menimbulkan KIPI? serta apakah jenis vaksin yang berbeda menimbulkan KIPI yang berbeda pula?
KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) merupakan kejadian medis yang terjadi setelah imunisasi, dapat berupa reaksi vaksin, reaksi suntikan, kesalahan prosedur, ataupun koinsidens sampai ditentukan adanya hubungan kausal. Terdapat potensi munculnya KIPI, tetapi hal tersebut tidak selalu muncul. Semua tergantung respon tubuh terhadap obat. Setiap jenis vaksin memiliki unsur pembuat yang berbeda sehingga memiliki KIPI yang berbeda pula. Faktor-faktor yang menentukan berat ringannya KIPI adalah unsur pembuat, kesalahan teknis saat pemberian, dan sistem imun peserta vaksin. Unsur pembuat vaksin beragam, di antaranya inactivated virus, viral vector, dan mRNA. Untuk kesalahan teknis saat pemberian meliputi terjadinya kontaminasi pada vaksin multidosis akibat penginjeksian berulang pada vial serta dapat pula terjadi infeksi pada kulit yang tidak disterilkan sebelum penyuntikan.

3. Apa saja jenis KIPI yang biasa terjadi dan bagaimana cara mengatasinya?
Terdapat 2 jenis KIPI, yaitu KIPI serius dan non serius. KIPI serius dapat menyebabkan rawat inap, kecacatan, kematian, serta menimbulkan keresahan di masyarakat. KIPI non serius tidak menimbulkan resiko potensial pada Kesehatan penerima vaksin.
KIPI yang sering muncul berupa demam, bengkak, meriang, sakit kepala, dan flu. Cara mengatasi untuk area bekas injeksi yang bengkak bisa dikompres dingin sedangkan untuk keluhan demam, nyeri, dan flu cukup minum parasetamol.

4. Jika terdapat KIPI yang bersifat berat, apakah yang harus kita lakukan?
Tiap keluhan KIPI baik ringan maupun berat sebaiknya dilaporkan ke puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat. Namun, pelaporan KIPI dapat juga dilakukan secara mandiri melalui website https://keamananvaksin.kemkes.go.id
Untuk KIPI berat, lapor dan segera bawa ke puskesmas atau faskes yang tertera pada kartu vaksinasi.

5. Adakah rekomendasi suplemen atau makanan yang dianjurkan untuk mengurangi KIPI yang timbul?
Tidak ada rekomendasi suplemen khusus. Sebelum vaksin, pastikan tubuh dalam kondisi sehat serta mengkonsumsi multivitamin bila perlu dan perbanyak makan sayur dan buah.

Quote Narasumber
"Percayalah kepada lembaga pemerintah, ketika BPOM menyatakan produk itu lolos dan aman, serta layak digunakan maka masyarakat bisa menggunakan tanpa keraguan," jelas Bu Arina.

Kontributor: Denayu Pebrianti, Erlisa Alya, Agung Bagus (Tim Farmapos FF UNAIR)