info@ff.unair.ac.id +62-31-5937824

DIABETKOL: Bukti Inovasi Riset Tidak Hanya Berakhir di Laboratorium

Prof. Dr. apt. Sukardiman, MS., guru besar di bidang Farmakognosi dan Fitokimia dari Fakultas Farmasi Universitas Airlangga memperkenalkan hasil riset yang telah diteliti sejak tahun 2010 yaitu DIABETKOL, produk herbal berbahan ekstrak kulit manggis dan daun kumis kucing.

DIABETKOL merupakan akronim dari diabetes dan kolesterol yang juga menunjukan khasiat dari produk itu sendiri, yaitu menurunkan kadar glukosa dalam darah dan kolesterol”, ujar Prof Sukardiman saat ditemui di ruang kerjanya di Gedung Nanizar, Fakultas Farmasi UNAIR Kampus C.

Kombinasi Manggis dan Kumis Kucing

Hasil riset mengungkap bahwa ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana) mengandung senyawa aktif alfa-mangostin, sedangkan ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus) mengandung senyawa aktif sinenstin. Kombinasi dua bahan telah diteliti mampu bekerja secara sinergis untuk memberikan efek penurunan kadar kolesterol dan gula darah yang lebih optimal.

Sebagai seorang peneliti, Prof Sukardiman melalui fase perenungan yang cukup panjang untuk akhirnya mendapat ‘ilhamkombinasi kulit manggis dan kumis kucing. Hingga akhirnya saat ini, produk DIABETKOL telah melalui uji preklinik dan uji klinis fase 1.

Proses Riset

Dipaparkan oleh Prof. Sukardiman, pengembangan DIABETKOL didasari oleh data empiris dan tahap riset panjang melalui screening awal berbagai macam tanaman obat tradisional Indonesia, termasuk diantaranya sambiloto, pare, dan tanaman lain. Hasilnya menunjukan bahwa ekstrak kulit manggis dan kumis kucing adalah kandidat tanaman terbaik.

Proses screening tidak hanya melibatkan pemilihan bahan, tetapi juga dosage form terbaik dengan membandingkan aktivitas dalam seduhan tradisional berapa teh dan ekstrak tanaman, ternyata menunjukan bahwa ekstrak menunjukan khasiat yang lebih unggul. Hal ini menjadi titik awal ditemukannya kandidat setelah skrining awal produk yang cukup panjang, sejak tahun 2008.

Pendanaan merupakan komponen penting dari keberlangsungan riset di Indonesia, termasuk Prof Sukardiman yang memperoleh dana riset pada program Konsorsium Riset Unggulan Perguruan Tinggi (KRUPT) untuk dapat memperluas jangkauan riset DIABETKOL. Prof Sukardiman juga menyampaikan pengembangan riset DIABETKOL melibatkan kerjasama bersama dari institusi lain yaitu Institut Teknologi Bandung dan mahasiswa tugas akhir dari jenjang S1 hingga S3, sehingga kajian riset menjadi lebih komprehensif.

Paten dan Produksi

DIABETKOL telah medapatkan sertifikat paten untuk formulasinya, termasuk juga pengakuan HKI pada merk dagang DIABETKOL. Produk ini juga telah mendapatkan nomor izin edar (NIE) dari BPOM serta sertifikat Halal dari BPJPH. 

Pada proses produksinya, Prof Sukardiman menggandeng Industri Obat Herbal yang telah tersertifikasi CPOTB dan ISO yaitu PT Agaricus Sido Makmur Sentosa, serta distributor resmi dari PT Darma Putra Airlangga.

Tantangan

“Bahan baku, khususnya kulit manggis yang tentunya sulit ya mencari kulit buah dalam jumlah banyak, termasuk juga daun kumis kucing rupanya tidak semudah itu didapatkan, dan tantangan lain adalah memastikan bahwa ekstrak yang digunakan telah distandarisasi”, seperti disampaikan Prof Sukardiman. Selain bahan baku, teknologi yang digunakan pada pembuatan DIABETKOL adalah teknik spray dry, hingga menghasilkan formula mikropartikel, akan tetapi berdampak pada harga jual lebih tinggi.

Pada akhir sesi wawancara, Prof Sukardiman menegaskan bahwa pengembangan riset kulit manggis dan daun kumis kucing tidak berhenti pada produk DIABETKOL, akan tetapi terus berjalan untuk pengembangan studi sindrom metabolik lain. Tentunya dengan support penuh dari UNAIR untuk kemajuan riset-riset dosen farmasi dapat menambah produk herbal lainnya.

DIABETKOL ini merupakan bukti nyata bahwa civitas akademika FF UNAIR mendukung penuh terwujudnya SDGs 3 sekaligus SDG 9.

Baca juga:
https://jatimnow.com/baca-79771-diabetkol-unair-inovasi-herbal-manggiskumis-kucing-atasi-diabetes--kolesterol