info@ff.unair.ac.id +62-31-5937824

Menembus Batas Inovasi: Cerita di Balik Alat Pengukur Kelelahan Kerja Berbasis IoT Karya Mahasiswa Lintas Fakultas


Menembus Batas Inovasi: Cerita di Balik Alat Pengukur Kelelahan Kerja Berbasis IoT Karya Mahasiswa Lintas Fakultas

Inovasi Lahir Bukan Hanya dari Kecanggihan Teknologi, tetapi juga dari Kepekaan Membaca Kebutuhan

Itulah semangat yang diusung oleh Imamul Azis, seorang mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (FF UNAIR) angkatan 2024 dan timnya ketika menciptakan alat pengukur kelelahan kerja yang mereka bawa ke ajang kompetisi internasional. Alat ini bukan sekadar proyek, tapi jawaban atas kebutuhan nyata di dunia kerja yang kerap kali mengabaikan aspek kelelahan sebagai indikator produktivitas. “Alat sejenis sebenarnya sudah ada, seperti reaction time tester, tapi harganya tidak ramah di kantong. Kami ingin menghadirkan solusi yang lebih terjangkau tapi tetap akurat,” ujar Azis. Mekanisme alat ini mengukur waktu respons dan kecepatan kognitif seseorang terhadap stimulus, yang kemudian dianalisis sebagai indikator kelelahan kerja.

Sederhana namun efektif. Dengan pendekatan ini, teknologi pengukuran kelelahan bisa diakses lebih luas, khususnya oleh institusi atau perusahaan kecil yang membutuhkan pemantauan kondisi pekerja secara berkala. Dari Ketertarikan Riset ke Panggung Internasional. Minat Azis terhadap dunia riset sudah tumbuh sejak masa SMA. Keinginannya untuk bergabung dalam UKM riset di kampus, Garuda Sakti (GS), sempat tertahan karena kekhawatiran akan manajemen waktu. Namun, keinginannya tak luntur. Sebagai jalan tengah, ia memutuskan magang di UKM tersebut dan di sanalah ia bertemu Mas Al, Mahasiswa Fakultas Vokasi UNAIR Angkatan 2023. Pertemuan itu tak sekedar menambah jejaring, tapi juga menjadi awal terbentuknya Kopi Ilmiah sebuah komunitas diskusi riset yang santai namun sarat gagasan.

“Lewat Kopi Ilmiah, kami bisa berdiskusi bebas soal ide-ide riset. Banyak hal yang awalnya cuma obrolan santai ternyata bisa berkembang jadi sesuatu yang serius dan berpotensi dibawa ke lomba,” kenangnya.

Kolaborasi Lintas Fakultas: Tantangan Sekaligus Peluang

Tim yang Azis bentuk tidak berasal dari satu latar belakang ilmu yang sama. Mereka datang dari fakultas yang berbeda-beda, yakni Farmasi, Sains dan Teknologi (FST), dan Vokasi. Kolaborasi ini justru menjadi kekuatan utama. Setiap fakultas membawa cara pandang yang berbeda terhadap riset, dan dari situlah muncul ide-ide yang saling melengkapi. “Ternyata pendekatan riset dari Farmasi berbeda dengan FST maupun Vokasi. Tapi justru itu memperkaya proses dan membuat inovasi kami lebih kuat dan menyeluruh,” katanya. Namun, kerja tim lintas fakultas juga tidak lepas dari tantangan. Koordinasi waktu menjadi kendala utama. Selain itu, perbedaan karakter antar anggota tim dari yang humble hingga yang cenderung individualis menjadi tantangan tersendiri. Tapi semua itu justru melatih mereka untuk saling menyesuaikan dan membangun komunikasi yang lebih terbuka.

Debut Internasional dan Rasa yang Tertinggal

Ajang ini menjadi pengalaman pertama Azis tampil di kancah internasional. Perasaan bangga tentu ada, tetapi lebih dari itu, Azis merasa belum puas. Ia melihat masih banyak ruang untuk menyempurnakan inovasi yang telah mereka bawa. “Saya jadi sadar bahwa jurnal nasional saja tidak cukup. Kita harus mulai meninjau literatur internasional yang lebih terindeks dan bereputasi, seperti yang ada di Scopus,” ungkapnya. Ia pun merasa beruntung mendapat dosen pembimbing yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor, yang memberinya banyak panduan dan perspektif baru dalam menilai karya ilmiah.

Ketika melihat inovasi dan karya peserta dari berbagai negara seperti Malaysia, Brunei, Thailand, hingga Singapura perasaan minder sempat menyelimuti. Tapi Azis cepat belajar bahwa rasa minder hanya akan jadi penghalang kalau terus dipelihara. “Mereka datang bukan hanya cari pengalaman, tapi juga untuk membawa nama besar. Tapi kita juga bisa. Minder itu wajar, tapi jangan sampai menaklukkan semangat kita,” katanya penuh keyakinan.

Harapan yang Lebih Besar dari Sekedar Medali

Azis menutup ceritanya dengan harapan yang sederhana namun besar maknanya. Ia ingin apa yang dilakukannya tidak berhenti di dirinya sendiri, tapi bisa menjadi semangat bagi mahasiswa lain, khususnya dari Fakultas Farmasi. “Kita tidak hanya membawa nama pribadi, tapi juga nama fakultas. Jadi, jangan cepat puas. Teruslah berinovasi dan berkontribusi, karena sekecil apapun langkah kita, bisa berdampak besar jika dilakukan dengan niat yang baik.”

Karya Inovatif Mahasiswa sebagai Langkah Menuju Tujuan Global

Siapa sangka, dari obrolan santai di komunitas riset Kopi Ilmiah, lahir inovasi yang bukan hanya cerdas tapi juga bermakna. Alat pengukur kelelahan kerja berbasis IoT buatan Azis dan tim lintas fakultas ini menjawab isu penting yang kerap diabaikan: kesehatan kerja. Karya ini sejalan dengan SDG 3 tentang kehidupan sehat, dan SDG 8 soal pekerjaan layak. Harganya yang terjangkau membuatnya relevan bagi banyak kalangan, khususnya usaha kecil. Kolaborasi lintas jurusan mereka juga mencerminkan semangat SDG 17: kemitraan untuk tujuan, sementara komunitas Kopi Ilmiah mendukung SDG 4: pendidikan berkualitas dengan mendorong budaya diskusi dan riset. Dari kampus, mereka menunjukkan bahwa inovasi bisa sederhana, tapi berdampak besar jika dilakukan bersama dan dengan tujuan yang jelas.

 

Penulis: Delsyad Muhammad Koosha Alzer (2024)
Editor: Tim Humas FF UNAIR