info@ff.unair.ac.id +62-31-5937824

Menjadi Narasumber pada Webinar Gatra, Dekan FF UNAIR Angkat Bicara Terkait Dampak Paparan BPA

Kamis, 2 Juni 2022, Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (FF UNAIR), Prof. apt. Junaidi Khotib, M.Kes., Ph.D. diundang sebagai pembicara pada Webinar yang diadakan oleh Gatra Media Group dengan topik "Sudahkan Konsumen Terlindungi dalam Penggunaan AMDK?".

Dalam webinar tersebut Prof. Junaidi menjelaskan terkait Dampak Paparan Bisphenol A (BPA) pada Brain Development dan Gangguan Perkembangan Mental. Beliau melakukan kajian tersebut bersama tim yang berasal dari beberapa Fakultas di lingkungan Universitas Airlangga, yaitu Fakultas Farmasi, Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, serta Fakultas Sains dan Teknologi.

Dari kajian yang beliau lakukan, terjadi pelepasan atau migrasi partikel BPA ke makanan atau minuman yang bersinggungan langsung dengan kemasan primer, sehingga partikel BPA dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman tersebut.  Konsentrasi BPA dalam darah dan urin sangat erat dengan berbagai penyakit yang berkaitan dengan gangguan endokrin, yaitu gangguan pada hormonal sistem, perkembangan saraf, dan mental pada anak-anak.

Beliau juga menuturkan sangat setuju pada diterapkannya regulasi yang mengatur mengenai bagaimana acceptable daily intake yang mengalami penurunan secara progresif terhadap penggunaan plastik. 

Tak lupa, pada penghujung sesi pemaparan materi, Prof. Junaidi menyampaikan beberapa rekomendasi dari hasil kajian beliau dan tim, yaitu beliau menyarankan dilakukannya edukasi dan peningkatan kesadaran pada masyarakat untuk memilih produk makanan dan minuman yang kemasannya bebas BPA.

Selain itu, perlu dilakukan pendampingan terhadap produsen makanan dan minuman dalam meningkatkan customer awareness untuk menghasilkan produk yang aman bagi kesehatan. Produsen makanan yang memiliki ijin edar juga diwajibkan berkomitmen dan bertanggungjawab dalam menjamin keamanan produknya dengan melakukan studi pharmacovigilance atau studi pasca edar terkait migrasi BPA.

Terakhir, beliau berharap adanya upaya dari Lembaga Autorisasi, dalam hal ini beliau merujuk Badan POM, agar tidak melakukan pembiaran terhadap peluang pemaparan bahan berbahaya BPA dengan memberikan label pada kemasan makanan dan minuman.