Apoteker adalah tenaga profesianal yang turut betanggung jawab terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan, terutama dalam hal penyediaan obat-obatan dan penggunaannya di masyarakat. Hal ini sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam poin SDG 3, yaitu tentang Good Health and Well-Being. Populasi lansia yang cenderung meningkat memerlukan kepedulian lebih dari tenaga kesehatan termasuk apoteker, hal ini dikarenakan kelompok lansia merupakan kelompok dengan penggunaan obat paling banyak sehubungan dengan munculnya beberapa gangguan kesehatan yang berkaitan dengan penuaan. Pada beberapa penelitian, lansia juga merupakan kelompok yang menggunakan obat tradisional terbanyak. Kondisi ini perlu kewaspadaan lebih karena obat tradisional yang digunakan bisa jadi menimbulkan efek samping, kontra indikasi, atau berinteraksi dengan obat modern yang digunakan. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah hal tersebut adalah dengan melakukan pemberdayaan berupa edukasi yang berkaitan dengan pengelolaan obat yang digunakan oleh lansia termasuk obat herbal. Pengelolaan yang dimaksud adalah mulai dari memastikan kebenaran indikasi, cara pemanfaatan atau pengolahan, mengidentifikasi adanya potensi interaksi dengan obat modern, efek samping dan kontra indikasi dengan kondisi yang dialami lansia.
Sehubungan adanya pandemi Covid-19, dimana lanjut usia merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap penularan dan keparahan penyakit, serta terbatas dalam hal akses terhadap teknologi komunikasi, maka rangkaian pengabdian kepada masyarakat dilakukan secara luring dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Proses edukasi dan evaluasi dilakukan dengan cara one-on-one (mendatangi satu persatu) lansia di rumah masing-masing. Kunjungan pertama adalah pengisian pre-test dan pemberian materi edukasi yang disusun dalam bentuk booklet. Dua hari kemudian dilakukan kunjungan kedua dengan aktivitas pengisian post-test dan pemberian cindera mata sebagai ucapan terima kasih. Seluruh rangkaian kegiatan dilakukan dalam waktu 5 (lima) minggu yaitu pada minggu ke 3 bulan Oktober sampai dengan minggu ke 2 bulan November 2020. Terdapat 100 lansia yang berpartisipasi pada kegiatan ini dengan 10 sukarelawan yang terdiri dari staf Apotek Farmasi dan mahasiswa fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
Pemberdayaan dilakukan dengan pemberian booklet berisi materi sesuai judul Pengmas. Materi edukasi adalah mengenai pemanfaatan obat herbal pada beberapa kondisi penyakit kronis yang biasanya dialami oleh lansia (hipertensi dan diabetes), berupa jenis tanaman serta cara pengolahannya; efek samping yang mungkin timbul; kontra indikasi; serta interaksi obat pada saat digunakan bersama dengan obat modern. Evaluasi keberhasilan dilakukan dengan membandingkan skor sebelum intervensi (pre-test) dan sesudahnya (post-test). Hasil pengolahan data didapat perbedaaan bermakna antara skor pre-test dan post-test yang artinya terdapat peningkatan pengetahuan Lansia dalam mengidentifikasi dan mengatasi efek samping dan interaksi obat antara produk obat herbaldan obat moderen
Pemberdayaan lansia perlu dilaksanakan untuk tetap menjaga kualitas hidup yang baik dan tetap dapat menjalankan peran sebagai pendamping generasi penerus agar tetap menjaga nilai-nilai luhur bangsa. Perlu dilakukan upaya strategis untuk dapat tetap melakukan pemberdayaan lansia dengan lebih efektif dan efisien mengingat permasalahann lansia terutama yang berkaitan dengan masalah kesehatan dan penggunaan obat tidak pernah menurun dari waktu ke waktu.