Tim Riset : Roy (2023), Ove (2023), Cita (2023), Nanda (2023) dan Fairuz (2023)
Latar Belakang: Dari Keresahan Menuju Solusi
Kanker payudara masih menjadi momok kesehatan yang serius di Indonesia. Meski pengobatan medis sudah semakin maju, kebanyakan terapi yang ada masih berfokus pada upaya mematikan sel kanker. Sayangnya, efek samping yang ditimbulkan juga tidak bisa diabaikan, salah satunya penurunan sistem imun tubuh. Kondisi ini membuat pasien justru lebih rentan terhadap penyakit lain, sehingga kualitas hidup mereka berkurang.
Berangkat dari keresahan itu, sekelompok mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (FF UNAIR) mencoba menawarkan pendekatan baru: bagaimana jika pengobatan kanker tidak hanya menargetkan sel kanker, tetapi juga bisa menjaga imunitas tubuh pasien? Pertanyaan inilah yang kemudian mendorong lahirnya gagasan penelitian berbasis bahan alami, yaitu kulit buah naga.
Dari Ide Kreatif ke Pendanaan: Langkah Awal Menuju PIMNAS
Berkat ide kreatif dan urgensi yang tinggi, proposal Program Kreativitas Mahasiswa – Riset Eksakta (PKM-RE) mereka berhasil mendapatkan pendanaan untuk bisa berlanjut ke ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS). Kesempatan ini menjadi pijakan penting bagi tim untuk mengembangkan riset lebih serius, sekaligus membuktikan bahwa potensi lokal Indonesia bisa diangkat menjadi solusi nyata bagi masalah kesehatan global.
Inovasi Mahasiswa FF UNAIR: Kulit Buah Naga, dari Limbah Jadi Harapan Baru Obat Kanker Payudara
Kenapa Kulit Buah Naga?
Pemilihan kulit buah naga bukan tanpa alasan. Jawa Timur dikenal sebagai salah satu daerah dengan produksi buah naga terbesar di Indonesia. Setiap panen, kulit buah naga dalam jumlah besar biasanya hanya dibuang sebagai limbah. Padahal, di balik warna merah keunguan yang khas itu, tersimpan senyawa bioaktif berharga, seperti flavonoid, polifenol, dan betasianin, yang berpotensi besar sebagai antikanker sekaligus imunomodulator.
Dengan memanfaatkan bahan yang sebelumnya dianggap tidak berguna, tim tidak hanya mencari solusi kesehatan, tetapi juga turut berkontribusi pada pengelolaan limbah menjadi produk bernilai tambah.
Peran Nanofitosom dalam Penelitian
Agar manfaat kulit buah naga bisa lebih maksimal, tim tidak sekadar menggunakan ekstrak biasa. Mereka mengembangkan nanofitosom, sebuah sistem penghantaran obat berbasis nanopartikel. Teknologi ini memungkinkan zat aktif dalam ekstrak disalurkan lebih tepat sasaran, lebih stabil, serta memiliki bioavailabilitas lebih tinggi dibandingkan bentuk konvensional.
Dengan pendekatan nanoteknologi ini, diharapkan ekstrak kulit buah naga tidak hanya mampu membunuh sel kanker payudara lewat induksi apoptosis, tetapi juga membantu meningkatkan sistem imun pasien. Inilah yang menjadi nilai lebih dibandingkan terapi kanker yang ada saat ini.
Mekanisme Antikanker dan Imunomodulator
Kandungan senyawa bioaktif dalam kulit buah naga berperan ganda. Pertama, sebagai antikanker, senyawa ini mampu memicu kematian terprogram (apoptosis) pada sel kanker, sehingga pertumbuhannya dapat ditekan. Kedua, sebagai imunomodulator, senyawa tersebut dapat membantu menjaga keseimbangan dan kekuatan sistem imun tubuh.
Kombinasi keduanya diharapkan menghasilkan terapi yang tidak hanya efektif, tetapi juga lebih aman bagi pasien.
Tantangan yang Dihadapi
Perjalanan penelitian ini tentu tidak selalu berjalan mulus. Salah satu kendala utama adalah soal waktu. “Penelitian yang dilakukan pada saat jam kuliah normal sedikit membuat kami kesulitan dalam pembagian waktu antara kuliah dan riset,” ungkap tim peneliti.
Harapan dan Dampak Penelitian
Tim berharap hasil riset ini bisa membuka jalan baru dalam pengobatan kanker payudara. Jika penelitian in vitro ini terbukti sukses, bukan tidak mungkin kelak akan dilanjutkan ke tahap yang lebih lanjut, hingga akhirnya menjadi produk terapi yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Selain memberi harapan baru bagi pasien kanker, penelitian ini juga sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) poin 3: Good Health and Well-Being, yang menekankan pentingnya kesehatan yang baik dan kesejahteraan bagi semua orang. Selain itu melalui inovasi dan gagasan cemerlang mereka juga mendukung terealisasinya SDGs 9 "Industri, Inovation, and Infrastructure".