Pengecekan Kadar Gula Darah Hewan Uji
Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF), Indonesia berada di peringkat kelima dunia dengan jumlah penderita diabetes terbanyak sebesar 19,47 juta di tahun 2021 yang diprediksi akan terus meningkat hingga 23,33 juta pada tahun 2030. Perawatan luka diabetes saat ini umumnya menggunakan terapi antibiotik yang dapat menyebabkan resistensi bakteri, alergi, dan relatif mahal. Selain itu, ditinjau dari efek farmakokinetika, penggunaan obat secara oral cenderung mengalami first pass metabolism yang akan menurunkan bioavailabilitas obat.
Hal inilah yang mendasari keempat mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (FF UNAIR) Shavira Priyantika Putri, M. Rofiqi Azmi, Fany Zumrotul Faizah, dan Zavirah Silalahi untuk mengembangkan inovasi perawatan luka diabetes menggunakan pegagan (Centella asiatica). Tentunya mereka juga didampingi oleh guru besar FF UNAIR yang ahli dalam bidang tersebut yaitu Prof. Rr. Retno Widyowati, S.Si., M.Pharm., Ph.D, Apt.. “Namun, pemanfaatan pegagan dalam sediaan ekstrak cair, salep, dan gel ternyata belum efektif karena eksudat luka yang banyak dan bioavailabilitas yang kurang maksimal. Sediaan patch dipilih sebagai bentuk sediaan modern wound dressing karena efektif membantu menjaga kelembaban pada luka, lebih mudah diaplikasikan dan nyaman digunakan,” jelas Shavira.
Melalui temuan mereka ini, jelas mahasiswa FF UNAIR turut serta berperan aktif dalam mendukung SDGs 9 Industry, Innovation and Infrastructure.
Tim PKM-RE dan Dosen Pembimbing
Kombinasi Kitosan-Kulit Pisang dengan Pegagan
Namun, lanjut Shavira, luka pada kulit, khususnya luka diabetes, lebih rentan mengalami infeksi bakteri sehingga diperlukan kandungan antibakteri pada sediaan patch. Dalam hal ini, timnya melakukan kombinasi dengan beberapa bahan lain, yakni kitosan dan kulit pisang.
Kitosan bersifat nontoksik, antibakteri, biokompatibel, dan biodegradable. Kekuatan mekaniknya yang relatif rendah perlu ditambahkan lignin dalam pemanfaatannya. Oleh karena itu, diusulkan riset kombinasi hibrid kitosan-kulit pisang dengan ekstrak pegagan sebagai biomaterial herbal modern wound dressing dalam upaya penyembuhan luka diabetes melalui serangkaian pengujian.
“Keterbaruan riset kami yaitu menggabungkan ekstrak pegagan dengan hibrid kitosan-kulit pisang dalam bentuk modern wound dressing yang efektif menyembuhkan luka diabetes. Sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi pustaka terkait biomaterial herbal modern wound dressing dari hibrid kitosan-kulit pisang dengan ekstrak pegagan sebagai alternatif penyembuhan luka diabetes secara lebih luas,” papar Zavirah.
Pengaplikasian Modern Wound Dressing pada Hewan Uji
Tantangan dan Harapan Tersendiri
Fany mengungkap bahwa pelaksanaan penelitian ini merupakan tantangan tersendiri. “Pelaksanaan riset ini menggunakan uji in vivo yang mengharuskan kami belajar lebih dalam untuk membuat luka pada hewan coba yang belum pernah kami lakukan selama kuliah karena kami biasanya hanya belajar menyuntikkan obat dan mengambil darah,” ceritanya.
Tidak hanya itu, keempatnya juga kompak mengaku baru pertama kali melakukan ekstraksi dan uji fitokimia sebelum mendapat mata kuliah fitofarmasi serta membuat sediaan patch, yang baru akan didapatkan pada semester 5-6.
“Harapannya, hasil riset ini dapat kami presentasikan hingga ke PIMNAS dan dapat digunakan sebagai dasar pengujian selanjutnya yaitu pengujian histopatologis untuk organ lainnya selain yang kami ujikan yakni jaringan epitel kulit,” pungkas Rofiqi.
Penulis: Leivina Ariani S.P. (2021)
Editor: Tim Humas FF UNAIR
Dokumentasi: Tim PKM-RE FF UNAIR