info@ff.unair.ac.id +62-31-5937824

FF UNAIR Gelar Tasyakuran dan Pengajian sebagai Wujud Syukur atas Pencapaian yang Diraih

Prof. apt. Junaidi Khatib, M. Kes, Ph.D dalam Sambutannya pada Acara Tasyakuran dan Pengajian

Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (FF UNAIR) menyelenggarakan Tasyakuran dan Pengajian Ramadhan pada Senin (17/04/2023). Acara ini merupakan wujud syukur atas prestasi FF UNAIR yang berhasil menduduki peringkat 1 di Indonesia dan peringkat 301-350 di dunia. Untuk memaknai pencapaian tersebut, FF UNAIR mengambil topik kajian “Syukur” yang dibawakan oleh Ustadz Mohammad Ikrom Rijal Lc., MA. Kajian ini dilaksanakan saat menjelang buka puasa, tepatnya pada pukul 15.00 WIB di Aula lantai 1 Gedung Nanizar Zaman Joenoes yang dihadiri oleh Prof. apt. Junaidi Khatib, M. Kes, Ph.D selaku Dekan FF UNAIR dan para Civitas Akademika FF UNAIR.

Acara dibuka dengan sambutan oleh Prof. Junaidi. Beliau memaparkan bahwa kegiatan pengajian ini sebagai bentuk rasa syukur atas pencapaian yang telah berhasil diraih Fakultas Farmasi UNAIR. Sebagaimana yang kita ketahui, FF UNAIR berhasil meraih peringkat tinggi di internasional, yaitu di urutan 301 berdasarkan survey QS World University Ranking pada tahun 2023.

Beliau juga menambahkan bahwa pengajian ini merupakan upaya menjaga kesehatan iman kita, selain kesehatan jiwa dan fisik yang perlu untuk dijaga. Sambutan yang disampaikan oleh Prof. Junaidi tersebut sekaligus menjadi pembuka bagi materi utama pengajian ini, yang akan disampaikan oleh Ustadz Rijal, yaitu berkaitan dengan rasa syukur.

Ustadz Rijal menuturkan, bahwa menurut Ibnu Qayyim r.a., rasa syukur dapat dilihat dari tiga sisi, di antaranya dari lisan, hati, dan anggota tubuh yang senantiasa bersinergi demi mengakui campur tangan Allah SWT dalam setiap pencapaian manusia. "Nikmat yang tidak dijaga oleh syukur, maka akan hilang dan membawa pada hal-hal yang tidak baik", tambah beliau. Dalam hal ini, korelasi antara makna syukur dan implementasinya adalah nikmat Allah SWT atas capaian tinggi Fakultas Farmasi UNAIR. 

Ustadz Rijal mengambil contoh kisah dari Nabi Sulaiman a.s. dan Qarun sebagai pembanding atas sikap terhadap nikmat yang diberikan Allah SWT. Nabi Sulaiman selalu menyandarkan semua kenikmatan yang ia peroleh kepada Allah. Namun sebaliknya, Qarun tidaklah demikian. Sehingga, pada akhirnya semua yang dimiliki Qarun hilang seketika akibat keangkuhannya.

Kisah-kisah tersebut dapat kita renungi, karena seringkali kita hanya fokus pada nikmat dan sebab. Akan tetapi, kita lupa pada pemberi nikmat dan sebab tersebut. Dikatakan di dalam suatu riwayat, bahwa apabila seseorang mengembalikan nikmat kepada selain Allah, maka sejatinya seseorang tersebut telah kehilangan nikmatnya.

Maka dari itu, sebagai hamba Allah, akan jauh lebih baik apabila kita selalu mengembalikan nikmat-nikmat yang telah kita peroleh kepada Sang Pemberi nikmat, Allah SWT. Semoga dengan demikian, kita semua dapat meraih hasil akhir yang baik dan Allah menjaga serta menambah kenikmatan-kenikmatan kita. Dan semoga, kita dapat meneladani keimanan Nabi Sulaiman a.s. dan tidak menjadi Qarun-Qarun yang lain.

 

Reporter: Shofiyyah Azzahro
Editor: Latifatul Azizah
Dokumentasi: Nur Majid Putri