info@ff.unair.ac.id +62-31-5937824

Potensi Obat Tradisional di Berbagai Negara - International Webinar on Herbal Medicines

POTENSI OBAT TRADISIONAL DI BERBAGAI NEGARA

Pada tanggal 9 Juli 2021, telah dilaksanakan webinar internasional dengan judul “The Amazing Traditional Remedies from Several Countries” melalui aplikasi Zoom Meeting yang dihadiri ahli bidang tanaman herbal dari berbagai negara di Asia. Webinar internasional ini merupakan webinar gabungan yang diselenggarakan oleh Fakultas Farmasi, Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin, Fakultas Vokasi, Sekolah Pasca Sarjana, dan World Unniversity Association for Community Development.

Sesi pertama webinar dibuka oleh Prof. Mangestuti Agil dari Fakultas Farmasi UNAIR dengan judul materi “Toward a Healthy Society : Implementing The Healing Power of Jamu”. Prof. Mangestuti menjelaskan mengenai asal-usul dan manfaat jamu yang beredar di Indonesia. Jamu sebagai minuman obat tradisional yang dibuat dari tanaman herbal Indonesia memiliki manfaat antara lain sebagai antioksidan, antiinflamasi, imunostimulan, imunomodulasi, dan imunoproteksi. Beberapa jamu yang disebutkan adalah jamu gendong, jamu beras kencur, dan jamu uyup-uyup. Prof. Mangestuti menambahkan, “Jamu merupakan aset yang besar untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Inovasi dilakukan tanpa merusak orisinalitas yang dapat mempengaruhi efikasi dan keamanan kandungan jamu.”
Pemateri kedua adalah Dr.Fatimatuzzahroh Bt Abdul Aziz dari University Sains Malaysia yang menyampaikan mengenai “Traditional and Complementary in Malaysia : An Update On The Practice”. T&CM (Traditional and Complementary Medicine) merupakan praktek kesehatan tradisional yang bertujuan untuk mencegah, mengobati, memelihara penyakit atau keadaan mental dan fisik seseorang, tetapi tidak termasuk praktek kesehatan dari dokter. Terhitung telah ada 15 rumah sakit yang menawarkan layanan ini hingga tahun 2020. Dr. Fatimatuzzahroh menyebutkan beberapa layanan T&CM yang diberikan antara lain adalah pijat tradisional (untuk penyakit kronis dan pasca stroke), terapi akupuntur, perawatan pasca persalinan, shirodhara/terapi basti eksternal/terapi vormam, dan terapi herbal (untuk penderita kanker).
Sesi pertama ditutup dengan materi “Amazing Traditional Remedies from Thailand : History & Modern Application” oleh Asst. Prof. Dr. Sukanya Dej-adisai dari Prince of Songkla University Thailand. Thailand FDA mengelompokkan pengobatan tradisional Thailand menjadi beberapa jenis, yakni obat tradisional, modifikasi obat tradisional (modifikasi bentuk sediaan), obat herbal modern/phytopharmaceuticals, dan obat baru (modern). “Salah satu pengobatan tradisional Thailand yang terkenal adalah herbal ball yang berisi berbagai kombinasi tanaman tradisional yang dihangatkan dan digunakan untuk terapi pijat,” terangnya. 
Webinar dilanjutkan dengan sesi diskusi. Pertanyaan pertama ditujukan kepada Prof. Mangestuti mengenai jamu yang dapat mencegah virus COVID-19. Prof. Mangestuti menjelaskan bahwa gaya hidup yang sehat menjadi langkah dasar untuk mencapai kesehatan yang optimal, sehingga apapun jenis pengobatan tradisional yang digunakan tidak akan berdampak apabila gaya hidup sehat tidak terpenuhi. Selain itu, untuk penderita penyakit tertentu perlu mendapatkan pengawasan dokter apabila ingin mengonsumsi obat tradisional. Beberapa tanaman yang dapat digunakan antara lain sambiloto, kunyit, dan jahe.
Sesi kedua turut menghadirkan 3 pemateri yang luar biasa. Pada sesi ini, materi pertama dibawakan oleh Dr. Sharifa Sultana yang berasal dari Daffodil International University Bangladesh. Beliau menyampaikan materi yang berjudul “Traditional-Herbal Medicine used in Bangladesh”. Pada kesempatan tersebut dibahas banyak hal yang meliputi alasan penggunaan herbal medicine di Bangladesh, beberapa tanaman berkhasiat, serta bagaimana preparasi tanaman agar dapat digunakan sebagai obat. Tak lupa, Dr. Sharifa membagikan informasi terkait herbal yang potensial untuk pengobatan COVID-19 di Bangladesh di antaranya jintan hitam, delima, dan jahe.
Setelah jeda istirahat, webinar dilanjutkan dengan pemateri berikutnya yaitu Dr Ram Kumar Sahu. Pemateri kedua yang berasal dari Assam University India ini membawakan materi berjudul “Traditional Remedies of North-East India for Primary Health Care Management: Acceptance and Legitimacy”. Pemaparan materi yang berlangsung selama 20 menit ini membahas tentang traditional healers, metode pengolahan beberapa tanaman beserta kegunaannya, dan prospek traditional healers di masa depan.
Pemateri terakhir pada webinar kali ini adalah Prof. Kenji Watanabe dari Yokohama University of Pharmacy Jepang. Pembahasan kali ini mengenai “Kampo as an Integrative Medicine”. Setelah pemateri terakhir, sesi ini berlanjut dengan diskusi yang diisi dengan tanya jawab antara partisipan dengan pemateri. Prof. Kenji Watanabe menanggapi pertanyaan mengenai komposisi pengobatan kampo dengan menyebutkan presentase masing-masing bahan obat, yakni 95% dari tanaman, 3% dari hewan, dan sisanya dari mineral. Webinar ditutup dengan pemberian sertifikat pada pemateri dan foto bersama.

Kontributor: Tim Farmapos Alfionita Isnaini, Denayu Pebrianti, Jihan Bobsaid, Azzalia Firdhanti