info@ff.unair.ac.id +62-31-5937824

Mahasiswa Farmasi UNAIR Kembangkan Serai di Desa Codo Jadi Produk Berdaya Guna Tinggi

Favian beserta timnya sedang memberikan pelatihan distilasi sederhana (DILAN) pada warga Desa Codo, Malang. (Dok. Pribadi)

Mahasiswa tak hanya dituntut untuk menguasai mata kuliah di dalam kelas, namun juga dituntut untuk menerapkannya di masyarakat. Ada banyak jenis kegiatan pengabdian masyarakat yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah dengan membantu masyarakat mengolah sumber daya alam yang dimiliki. Seperti yang dilakukan oleh Favian Rafif Firdaus, mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.

Favian dan keempat rekannya meluncurkan program Pelatihan DILAN (Distilasi Sederhana) sebagai upaya revitalisasi program serenisasi. Berlokasi di Desa Codo, Malang, program pelatihan ini menyasar para ibu rumah tangga sebagai peserta. Pada pelatihan ini, para peserta bisa belajar melakukan proses distilasi seperti yang dilakukan di laboratorium, namun dengan peralatan sederhana.

“Awalnya, kami terinspirasi dari piranti distilasi yang ada di laboratorium. Kami pun mencoba membuat alat distilasi versi kami sendiri dengan memanfaatkan benda-benda yang ada di rumah seperti dandang nasi,” ujar Favian.

Bahan utama yang diolah dengan distilasi sederhana adalah minyak serai. Melalui proses distilasi, minyak serai dapat diolah menjadi produk berdaya guna tinggi seperti lilin aromaterapi, sabun mandi, dan karbol. Dengan begitu, nilai jual produk pun akan meningkat dan bisa ikut mendongkrak perekonomian warga setempat.

Favian mengungkapkan, Di Desa Codo memang sudah ada program serenisasi, dimana warga menanam serai di pekarangan rumah. Namun, selama ini warga belum bisa mengolah dengan baik dan hanya dimanfaatkan menjadi bumbu dapur.

“Kami berharap dengan adanya pelatihan ini, warga bisa memiliki lebih banyak pilihan untuk mengolah serai tersebut,” jelas mahasiswa farmasi angkatan 2016 tersebut.

Program ini direncanakan akan berjalan hingga bulan Juni nanti. Selama periode tersebut, Favian dan rekan-rekannya akan terus mengunjungi Desa Codo dan memberikan pelatihan DILAN secara rutin. Meskipun distilasi adalah kegiatan laboratorium yang tergolong rumit, warga setempat ternyata bisa mengikuti pelatihan dengan baik dan cukup antusias.

“Warga setempat menyambut antusias, karena hal ini merupakan sesuatu yang baru untuk mereka. Mereka senang karena bisa mengolah minyak serai menjadi berbagai macam produk,” ujar Favian.

Tak hanya minyak serai, Favian berencana ingin terus mengembangkan program ini. Ia berencana untuk menerapkan pelatihan DILAN di daerah lain dengan hasil sumber daya alam yang berbeda. Harapannya, masyarakat umum bisa mengolah bahan alam, khususnya dalam bentuk minyak, menjadi produk-produk berdaya jual tinggi. (*)

Penulis : Sukma Cindra Pratiwi

Editor : Binti Q Masruroh

Sumber: UNAIR NEWS