Pekan Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia (PIMFI) merupakan agenda dua tahunan dengan konsep ajang kompetisi kefarmasian yang dapat diikuti oleh mahasiswa S1 Farmasi seluruh Indonesia. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau diamanahi sebagai tuan rumah penyelenggaraan PIMFI oleh ISMAFARSI pada tahun 2021 ini. PIMFI tahun ini bertajuk “Gelora Muda Aksi Nyata” dan dilaksanakan pada bulan September 2021.
Berbagai bidang lomba dihadirkan dalam PIMFI 2021, salah satunya debat kefarmasian. Dalam bidang lomba tersebut, tim debat Fakultas Farmasi UNAIR berhasil melaju ke babak final dan menyabet posisi juara 2. Tim tersebut beranggotakan Tri Wahyudi (angkatan 2017), Tasya Sherina (angkatan 2018), dan Riko Setiawan (angkatan 2019).
Motivasi mereka mengikuti perlombaan ini yaitu untuk meyalurkan minat sekaligus meneruskan tradisi Fakultas Farmasi UNAIR yang sebelumnya tak pernah absen mengirim perwakilan debat terbaiknya. Tim debat kali ini merupakan hasil regenerasi ketiga sejak pertama kali dibentuk di tahun 2016. “Tim ini turun temurun, tetapi 2019 vakum tidak ada regenerasi ditambah lagi 2020 ada pandemi sehingga penyelenggaraan lomba debat absen semua,” tutur Tri Wahyudi dalam wawancara langsung dengan Farmapos.
Lomba debat diselenggarakan merujuk pada Asian Parlimentary System dan terdiri atas empat babak, yakni penyisihan, perempat final, semi final, dan final. Tim yang mampu melanjutkan ke babak selanjutnya ditentukan oleh poin kemenangan yang didapatkan pada setiap babak. Seleksi awal dimulai dengan membuat video debat sesuai mosi yang telah ditentukan. Kemudian dilanjutkan perlombaan debat secara virtual melalui aplikasi Zoom. Situasi pandemi mendatangkan kendala seperti keterbatasan akses untuk saling bertemu dan berlatih bersama. Ditambah saat masa perlombaan, ada salah satu anggota tim yang sakit sehingga tim harus memutar otak karena jeda waktu pengumuman seleksi video ke babak selanjutnya cukup singkat. Alhasil, tim harus berlatih lebih rutin. “Bisa (dalam) satu hari latihan tiga sesi : pagi, siang, dan malam,” ungkap ketua tim dari angkatan 2017 tersebut.
“Ada beberapa (tim) yang veteran debat jadi langsung deg degan, istilahnya kena mental. Dari awal sudah kena mental karena lawan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan preliminary (babak penyisihan) pertama (tim) langsung kalah. Jadi beban terberat adalah beban mental,” cerita Riko Setiawan mengenai pengalaman pertamanya mengikuti debat. Ketiga anggota tersebut bahkan merasa ketegangan saat berada di babak perempat final, saat bertemu dengan UGM, lebih terasa dibandingkan saat babak final.
Meskipun sempat kalah di awal, tetapi tim debat ini tak patah semangat. Ketiga mahasiswa ini berusaha untuk tetap fokus sehingga babak selanjutnya berjalan lancar. Strategi sekaligus tips dari mereka untuk mengikuti debat yaitu fokus dan mempunyai clear mind. Riko mengatakan, “Nggak hanya memikirkan argumen sendiri, tetapi juga memikirkan bagaimana mematahkan argumen lawan.”
Pada awalnya, kombinasi anggota tim yang terdiri dari tiga angkatan menyulitkan komunikasi dikarenakan jadwal yang tidak sama. Namun, keadaan ini justru menjadi potensi bagus dikarenakan tim memiliki kompetensi yang lengkap. Kondisi serba daring bukanlah sebuah hambatan bagi tim Fakultas Farmasi UNAIR ini. Ketiga anggota merasa dimudahkan dengan kemajuan teknologi yang ada serta menghemat biaya. “Lomba debatnya online, hanya berhadapan dengan komputer, sehingga lebih mudah untuk berkonsentrasi dan nggak se-nervous di hadapan orang banyak,” imbuh Tasya.
Tim tersebut juga menyampaikan pesan kepada mahasiswa farmasi UNAIR untuk tetap semangat mengikuti perlombaan di luar perkuliahan. “Mari terus kembangkan diri dan jangan takut untuk mencoba,” ujar Tasya. Tri Wahyudi menambahkan, bagi mahasiswa Fakultas Farmasi UNAIR yang tertarik dan ingin mendalami lomba debat, dapat mengikuti forum yang diadakan oleh Fosil FFUNAIR atau memantau di sosial media Departemen Keilmuwan BEM FF UNAIR. Selain diberikan wadah berupa forum bersama kakak kelas, BEM juga mendatangkan pelatih debat dari UKM Debat UNAIR atau Airlangga Debate Society.
Kontributor: Athallah Syauqi, Denayu Pebrianti, Alfionita Isnaini (Tim Farmapos FF UNAIR)