info@ff.unair.ac.id +62-31-5937824

Inovasi Sediaan Kurkumin Untuk Meningkatkan Kelarutannya dalam Air (PMEP-RG)

kurkumin

Sumber gambar: www.freepik.com (created by jigsawstocker)

Kurkumin, yang disebut juga diferuloylmethane, adalah senyawa aktif utama yang terkandung dalam rimpang kunyit. Kurkumin memiliki beberapa efek terapeutik di antaranya adalah antioksidan, anti-inflamasi, antikanker, anti-parkinson dan anti-alzheimer. Meskipun memiliki potensi yang sangat baik sebagai bahan obat, kurkumin mengalami kendala dalam penggunaan klinis karena kelarutannya dalam air yang buruk. Hal ini mempengaruhi bioavailabilitasnya bila diberikan secara per oral. Berbagai strategi telah dikembangkan untuk meningkatkan kelarutan kurkumin serta bioavailabilitasnya; di antaranya adalah penggunaan sistem nanopartikel, liposom, nanopartikel lipid padat, kompleks inklusi, dan misel polimer. Pendekatan tersebut sebagian besar menggunakan penerapan nanoteknologi dengan penggunaan polimer.

Banyak polimer telah digunakan secara luas untuk meningkatkan kelarutan obat yang sukar larut dalam air. Penggunaan polimer biodegradable dalam pengembangan sistem penghantaran obat melewati jaringan mukosa menunjukkan hasil yang sangat baik. Rute pemberian tersebut di antaranya oral, intranasal, dan pulmonary. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penggunaan misel polimer menarik banyak perhatian dalam mengatasi masalah terkait kelarutan kurkumin. Misel polimer umumnya merupakan surfaktan yang terdiri dari blok kopolimer amfifilik yang tersusun menjadi struktur berukuran nano dalam air.

Peneliti dari Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yaitu Nina Wijiani, Dewi Isadiartuti, M Agus Syamsur Rijal, dan Helmy Yusuf yang tergabung dalam Pharmaceutical Material Engineering and Processing –Research Group (PMEP-RG) melakukan penelitian untuk mengatasi buruknya kelarutan kurkumin dalam air. Dalam penelitian tersebut, dilakukan pengembangan misel kurkumin dalam bentuk serbuk dispersi padat (Micellar Curcumin Spray Dried Powder/MC-SDP). Formulasi yang dikembangkan diharapkan dapat meningkatkan kelarutan dan bioavailabilitas kurkumin pada pemberian obat secara oral. Dalam pengembangannya, MC-SDP diperoleh dengan teknik pengeringan semprot. Sukrosa ditambahkan sebagai pelindung misel pada saat pengeringan dan juga untuk memudahkan perubahan kurkumin dari struktur kristalin menjadi struktur yang amorf. Struktur amorf ini merupakan hal yang diharapkan dapat tercapai karena memudahkan bahan untuk melarut dalam air. Serbuk kering MC-SDP yang diperoleh, kemudian dikembangkan lebih lanjut menjadi bentuk sediaan tablet sublingual.

Karakterisasi terhadap sifat fisik dari MC-SDP dilakukan dengan menggunakan Differential Thermal Analysis (DTA), X-Ray Diffraction (XRD), dan Scanning Electron Microscopy (SEM). Analisis kualitatif dan kuantitatif pada pemeriksaan kadar kurkumin dalam sediaan dan juga uji disolusi dari sediaan tablet sublingual menggunakan High-Performance Liquid Chromatography (HPLC). Sifat fisik dari MC-SDP yang diperoleh menunjukkan bahwa partikel serbuk berbentuk relatif sferis dengan struktur kurkumin yang telah berubah menjadi amorf terjebak di dalamnya. Hal ini diperkuat dengan hasil uji disolusi kurkumin dalam formulasi MC-SDP yang menunjukkan bahwa ≥80% kurkumin dapat terdisolusi dalam waktu 30 menit. Dengan demikian, kurkumin dalam sediaan MC-SDP dapat menjadi alternatif sediaan obat baru pada pengembangan sediaan oral kurkumin.

 

Hasil penelitian dapat diakses di https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32214811/

 

Editor : Zakkya Novi, Helmy Yusuf