Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga ini merupakan rumah sakit terapung yang dimiliki oleh alumni perguruan tinggi Universtas Airlangga dengan misi pelayanan kesehatan dan pengabdian masyarakat di daerah-daerah terpencil di kepulauan Indonesia, termasuk pulau Bonerate di wilayah Sulawesi Tenggara.
Pelayanan kesehatan menjadi salah satu masalah pada masyarakat kepulauan Bonerate, Kabupaten Selayar. Fasilitas-fasilitas medis kurang; bahkan hanya ada dua klinik medis terapung yang dijalankan oleh pemerintah, yang keberadaannya bergantung pada cuaca.
Obat Tradisional menjadi salah satu andalan masyarakat sekitar Pulau Bonerate. Akan tetapi, masih minimnya pengetahuan tentang khasiat dan cara pemanfaatan tanaman menjadi obat tradisional juga menjadi masalah minimnya penggunaan obat tradisional di langan masyarakat Bonerate.
Maka dari itu, perlu dilakukan penyuluhan dan pelatihan pemanfaatan tanaan untuk kesehatan, bekerja sama dengan Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga yang memberikan pelayanan medis seperti pengobatan dan pembedahan. Kegiatan ini merupakan perwujudan dari SDG 3 tentang Good Health and Well-Being.
Kondisi pandemi menyebabkan terhambatnya segala sektor pelayanan. Rumah Sakit Terapung yang dijadwalkan berlayar ke kepulauan Bonerate pada bulan Juni 2020, menjadi tertunda sampai waktu yang belum ditentukan karena Sumber Daya Manusia masih fokus mengatasi pandemi. Keterbatasan untuk melakukan kegiatan secara luring membuat kegiatan ini harus dilakukan secara daring, dengan mengundang tokoh masyarakat, tenaga kesehatan, guru untuk mengikuti kegiatan seminar dan workshop secara daring yang mengundang nara sumber yang berkompeten untuk memberikan pengetahuan dan pelatihan. Diharapkan para peserta akan memindahkan pengetahuan dan ketrampilan membuat obat tradisioanl yang bisa dimanfaatkan oleh masyakatat sekitar Kepulauan Bonerate. Kegiatan akan dilakukan dengan seminar dan pelatihan membuat obat tradisional untuk pemakaian sehari-hari. Kegiatan dijadwalkan dilaksanan pertengahan bulan November 2020. Koordinasi dengan Ketua Yayasan Ksatria Airlangga, Ketua IDI Kabupaten Alor dan menyusun kegatan seminar serta workshop sudah dilakukan. Hasil yang diharapkan dengan pelatihan penggunaan obat tradisional, masyarakat sekitar pulau Selayar mampu mengaplikasikan sehingga masyarakat menjadi lebih sehat.
Secara teknis pelaksanaan kegiatan tersebut telah dilaksanakan sebagai berikut:
- Kegiatan dilaksanakan pertengahan 25 November 2020 dengan konsep webinar secara daring
- Kegiatan dilaksanakan dengan seminar tentang pemanfaatan obat tradisional dan pelatihan cara pembuatan ramuan jamu
- Perserta adalah para kader TOGA di kabupaten Selayar, tenaga kesehatan, tokoh masyarakat yang akan menyebarkan informasi dan pengetahuan yang diperolah kepada masyarakat sekitar Kepulauan Selayar dan Bonerate sebanyak 50 orang.
Acara di awali dengan pembukaan oleh Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Prof. Junaidi Khotib, M.Kes., Ph.D dan sambutan dari Direktur RS Terapung Ksatria Airlangga Dr. Agus Harianto, SpB. Kemudian dilanjutkan dengan materi pertama disampaikan oleh dr. Husaini, M.Kes selaku Kepala Dinas Kabupaten Selayar dengan topik Pelayanan Kesehatan Obat Tradisional di Kabupaten Selayar. Materi kedua dan ketiga disampaikan oleh Dr. Aty Widyawaruyanti, M.Si, Apt dan Prof. Dr. Mangestuti Agil, MS., Apt membawakan materi dengan topik Pemanfaatan Tanaman Sebagai Obat Tradisional dan Pembuatan Simplisia yang Baik. Acara dilanjutkan dengan workshop pembuatan obat ramuan obat tradisional dengan fasilitator Tutik Sri Wahyuni, M.Si., Ph.D., Apt dan Neny Purwitasari, S.Farm., M.Sc., Apt. Sebagai moderator pada acara seminar adalah Dr. Wiwied Ekasari, Msi., Apt.
Hasil di atas menunjukkan adanya kenaikan pengetahuan masyarakat Bonerate sebelum dan sesudah kegiatan mengalami kenaikan dari 64,54% menjawab benar pada pre test menjadi 75,67% menjawab benar pada post test. Hasil yang signifikan adalah pertanyaan mengenai cara pembuatan sediaan obat tradisional dengan metode perebusan, sebanyak 64% menjawab benar yaitu dekokta dan infusa dari sebelumnya hanya 28% peserta menjawab benar.
Adanya kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan para kader TOGA, tenaga kesehatan, dan tokoh masyarakat mengenai pemanfaatan dan pembuatan obat tradisional sehingga bisa menyebarkannya kepada masyarakat. Sebagian besar peserta menyarankan agar kegiatan seperti ini dilakukan secara berkesinambungan dan apabila memungkinkan dilaksanakan secara luring selama 2-3 hari. Kegiatan selanjutnya adalah meningkatkan kesadaran masyarakat seluruh Indonesia mengenai obat tradisional yang telah dipercaya dari generasi ke generas melalui kesadaran literasi dengan menuliskan dan menggali etnomedisin agar tidak punah.