Pada tanggal 28 Desember 2017, 3 dosen dari Fakultas Farmasi Universitas Airlangga dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam upacara yang diadakan di ruang Aula Garuda Mukti Gedung Kantor Pusat UNAIR. Acara ini menorehkan sejarah pertama kalinya di UNAIR, dengan melantik 3 guru besar yang semuanya berasal dari Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Ketiga guru besar baru tersebut adalah : Prof. Dr. Achmad Fuad., MS., Apt. , Prof. Dr. Suko Hardjono, M.S., Apt. , Prof. Dr. Suharjono, M.S., Apt.
Acara dibuka oleh Paduan Suara UNAIR yang menyanyikan hymne UNAIR dan Indonesia Raya, disusul dengan doa yang dipimpin oleh Dr. Abdul Rahem, M.Kes., Apt.
Acara dilanjutkan dengan pembukaan dan pembacaan profil ringkas dari para guru besar baru oleh Rektor UNAIR dan pembacaan profile ringkas dari para guru besar baru.
Upacara pengukuhan ini kemudian dilanjutkan dengan pembacaan orasi ilmiah oleh para guru besar baru. Prof. Dr. Suharjono, M.S., Apt. mengangkat tema kajian polifarmasi, Prof. Dr. Achmad Fuad., MS., Apt. menyampaikan tema tentang Indonesia sebagai salah satu negara dengan megadiversitas, sedangkan dalam orasi Prof. Dr. Suko Hardjono, M.S., Apt., memaparkan tentang kimia medisinal dan hubungan struktur kimia senyawa obat dan keaktifannya dalam riset obat anti kanker.
Setelah pembacaan orasi-orasi ilmiah, acara disusul dengan dikumandangkannya lagu Putra Airlangga Bangkit, sebelum penyampaian sambutan oleh Rektor.
Dalam sambutannya, Rektor Universitas Airlangga, Prof. Dr. Mohammad Nasih , SE., M.T., Ak., CMA, mengatakan bahwa sungguh acara pengukuhan guru Besar sanagat penting secara akademik dan strategis, terutama dalam kaitannya dengan upaya pencapaian UNAIR menuju 500 universitas terbaik dunia. Beliau juga menyampaikan harapannya terhadap para guru besar baru untuk menjadi ujung tombak pengembangan inovasi ilmu pengetahuan kefarmasian sesuai visi misi, dan menjadi competitive advantage bagi Universitas Airlangga.
Rektor menggaris bawahi keterkaitan ketiga orasi para guru besar baru yaitu pemanfaatan sumber daya megadiversitas Indonesia, yang diteliti dan dioptimasi khasiatnya dengan modifikasi struktur kimianya dan diterapkan dalam terapi dengan memperhatikan prinsip prinsip polifarmasi. Rektor juga mengingatkan agar luaran produk-produk akademik agar tidak berhenti sebatas di atas kertas, tapi juga diwujudkan dalam karya-karya nyata.