info@ff.unair.ac.id +62-31-5937824

Kunjungan Dubes Jerman, Gagas Kerjasama Natural Product

(*). Hari Rabu (23/3) lalu, Universitas Airlangga mendapat kunjungan kehormatan dari Duta Besar Jerman untuk Indonesia. Dalam lawatannya kali ini, Yang Mulia Broudre Groger didampingi oleh Konsul Jerman yang berkedudukan di Surabaya. Pada malam harinya, Duta Besar Jerman sekaligus akan menghadiri pertemuan alumni mahasiswa Indonesia lulusan Jerman di Hotel Mojopahit.

Dengan mengendarai sedan hitam, rombongan Duta Besar Jerman tiba di Unair sekitar pukul 14.00 WIB. Yang Mulia Broudre Groger diterima langsung oleh Rektor Unair. Dalam pertemuan tersebut, dibahas tentang rencana kerjasama Universitas Airlangga dengan beberapa pakar keilmuan di Jerman. "Untuk keperluan tersebut kami minta support. Bisa dalam bentuk akomodasi, visa, dan sebagainya," tutur Rektor.

Adapun kerjasama yang akan digulirkan meliputi beberapa bidang yang sedang dikembangkan oleh Unair. "Pada awalnya, kita akan jalin kerjasama di bidang molekuler, farmasi yang meliputi natural product, dan kemungkinan juga kedokteran gigi," terang Prof. Puruhito.

Menurut Rektor, Profesor Jerman akan diundang untuk hadir ke Indonesia, dan kemudian diikuti oleh kedatangan ilmuwan Unair ke Jerman. "Ini semua dalam rangka keilmuan. Mungkin dapat diatur ijin penelitian dari masing-masing negara hingga 3-4 bulan secara bergantian," harap Rektor. Prof. Puruhito juga banyak menjelaskan bahwa jika status BHMN Unair bisa terealisasi, maka Unair akan dapat lebih independent. Dan tentu saja kerjasama dengan pihak-pihak lain di luar negeri dapat lebih mudah untuk dijalankan. Kita juga akan lebih mudah dalam mendapatkan injeksi dana bagi pemenuhan biaya-biaya pendidikan Unair. "Sementara ini Unair juga tengah bekerjasama dengan perguruan tinggi di Swiss, Jerman, dan Jepang," imbuh Rektor.

Yang Mulia Broudre Groger juga mengisahkan bahwa banyak mahasiswa asing yang terkendala masalah bahasa selama studi di Jerman. "Mereka mengerti tetapi tidak bisa berbicara," tutur Dubes sembari tertawa. Menurut Duta Besar, permasalahan bahasa ini juga menjadi suatu hal yang menghambat. Sembari membenarkan, Rektor yang juga lulusan Jerman tersebut mengisahkan bahwa meski dirinya pernah studi selama 3 tahun di Jerman, namun tetap saja tidak bisa berbahasa Jerman dengan baik. "Itu mungkin karena di sana juga ada beberapa logat atau ragam bahasa daerah," terang Mr. Broudre.

Meski demikian, Mr. Broudre mengaku cukup senang atas atensi mahasiswa Indonesia yang studi ke Jerman. "Staf pengajar Unair juga ada yang lulusan PhD Antropologi Jerman dengan predikat summa cumlaude," tukas Rektor. Dengan kian banyaknya staf pengajar yang mengenyam pendidikan di luar negeri, diharapkan kualitas pendidikan di Unair akan ikut terangkat.