info@ff.unair.ac.id +62-31-5937824

Farmasi Punya Guru Besar Kimia Medicine

(*). Sekali lagi, Aula Fakutas Kedokteran Unair, mampu menghipnotis diri sebagai tempat yang mengesankan. Tentunya, bagi dua Guru Besar yang baru dikukuhkan pada Sabtu (18/9) kemarin. Salah satunya, adalah Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Prof. Dr. Siswandono, Apt., MS.

Prof. Siswandono, adalah Guru Besar dalam bidang ilmu kimia medisinal pada Fakultas Farmasi. Dalam pidato pengukuhannya, Prof. Dr. Siswandono, Apt., MS., menyampaikan pandangan tentang Peran Kimia Medisinal Dalam Pengembangan dan Penemuan Obat Baru. Menurut Guru Besar anggota ISFI ini, perkembangan kimia medisinal sangat tergantung pada perkembangan bidang ilmu kimia sintesis, kimia analisis, biologi molekuler, dan komputer. Kimia medisinal merupakan bidang ilmu yang mempelajari penemuan, pengembangan, identifikasi, dan interpretasi mekanisme aksi dari senyawa aktif biologik pada tingkat molekuler. Untuk ke depan, dapat diketahui cara kerja obat pada tingkat molekul dan peran berbagai kekuatan fisik dan kimia pada proses interaksi obat-reseptor.

Grup riset Kimia Medisinal, Fakultas Farmasi Unair, telah melakukan penelitian pengembangan obat, dengan menggunakan senyawa induk antibiotika B-laktam untuk mendapatkan senyawa antibiotika baru yang lebih tinggi aktivitasnya, lebih stabil dan lebih luas spektrum antibakterinya dibanding senyawa induk. Yang menarik, ditemukan manfaat pupuk urea yang berkhasiat sebagai penekan sistem saraf pusat. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa senyawa turunan ini mempunyai efek sebagai penekan sistem saraf pusat, khususnya efek anti kejang. Perkembangan lebih lanjut, masih dalam tahap pengerjaan.

Atas kerjasama dengan BPPT Menristek, juga telah disintesis simvastatin dengan bahan dasar lovastatin. Yakni senyawa yang berkhasiat anti kolesterol. Berikutnya, juga dibuat senyawa baru turunan simvastatin yang mempunyai aktivitas lebih tinggi dibanding simvastatin. "Diharapkan 5-10 tahun ke depan, Unair dapat mematenkan senyawa unggulan," terang Guru Besar kelahiran Blora 52 tahun silam ini.

Lebih jauh, Prof. Sis menginginkan, di Unair akan ada ahli terpadu yang mengembangkan obat. Dan nantinya bisa jadi trade mark bagi tubuh Unair itu sendiri. Dalam waktu dekat diharapkan akan terbentuk Pusat Riset Pengembangan Obat Baru. Yang di dalanmya dapat beranggotakan kalangan profesi kefarmasian dan kedokteran. Di sana akan ditetapkan implementasi atas program-program terpadu yang telah disusun bersama. Melalui berbagai uji, Industri Farmasi akhrinya bisa memanfaatkannya sebagai bahan baku obat.