info@ff.unair.ac.id +62-31-5937824

Sebanyak 17 Mahasiswa Farmasi Unair ikuti KKN Internasional di Hiroshima, Jepang

Para Mahasiswa FF UNAIR Saat di Hirosima, Jepang

Kuliah Kerja Nyata, atau yang lebih dikenal dengan istilah KKN, merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat yang umumnya dilakukan oleh mahasiswa semester 5 atau semester 6. Beberapa waktu lalu, Universitas Airlangga melalui lembaga non profit WUACD (World University Association for Community Development) dan LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) memfasilitasi para mahasiswanya untuk dapat melaksanakan program KKN Internasional ke Jepang. Kegiatan tersebut berlangsung pada tanggal 13 Juli - 22 Juli 2023 yang bertempat di Hiroshima, Jepang.

Salah satu mahasiswa yang berkesempatan mengikuti program tersebut ialah Sevana, mahasiswa Fakultas Farmasi semester 6. Melalui kesempatan mewawancarai dirinya beberapa waktu lalu, kami berhasil mengulik informasi seputar kegiatan menarik tersebut.

Hal yang menarik dari kegiatan tersebut adalah lokasi pelaksanaanya yang bertempat di luar negeri, lebih tepatnya di Jepang. Lantas apa yang membedakan antara program KKN reguler dengan KKN internasional? Berdasarkan pemaparan Sevana, letak perbedaan antara kedua program tersebut adalah pada kategori peserta dan cakupan bidang garap. Pada KKN reguler, pesertanya mencakup keseluruhan fakultas yang tergabung ke dalam suatu kelompok dan mencakup keempat bidang garap (lingkungan, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi). Sedangkan pada KKN internasional yang ia jalani tempo lalu, pesertanya hanya dari fakultas farmasi dan fakultas kedokteran gigi, serta cakupan bidang garapnya tidak sebanyak program KKN reguler.

Selain kedua perbedaan tersebut, bentuk pelaksanaan kegiatan juga menjadi perbedaan yang cukup signifikan. Sevana menuturkan kesan kegiatan dari program KKN internasional tempo hari, malah seperti program student exchange, seperti berkunjung ke kampus-kampus, mendapatkan lecture, laboratory visit, hingga cultural exchange. Namun, ragam bentuk kegiatan itulah yang menjadi nilai lebih dari program tersebut.

Dijembatani oleh Ibu Rr. Retno Widyowati S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt, program yang diikuti oleh sejumlah 17 mahasiswa fakultas farmasi ini memiliki tujuan utama untuk memperkenalkan budaya Indonesia kepada warga Jepang. Dengan menargetkan 2 high school, international house, dan lingkungan kampus, Sevana, selaku ketua dari program tersebut, mengklaim kegiatan tersebut telah sukses dalam mencapai tujuannya, dibuktikan dengan antusiasme dan respons bagus dari audiens. “Bahkan ada satu anak dari high school yang doyan banget sama jamu sampai minta sebotol. Terus, di international house juga kan sempat flashmob Gemu Famire, itu ada satu tamu dari Iran minta diulang sekali lagi buat penutupan karena katanya seru banget,” tambahnya.

Sevana banyak menceritakan pengalamannya dan wawasan baru yang ia dapatkan selama mengikuti kegiatan, seperti ia baru mengetahui bahwa apoteker di sana memiliki program spesialisnya sendiri, selayaknya dokter. Apoteker dikelompokkan berdasarkan spesialisasi tertentu, tidak dituntut serba bisa sebagaimana di negara kita. Lebih jauh lagi, proses compounding dan dispensing obat secara penuh ditangani oleh alat-alat yang canggih dan memadai, hingga obat tradisional sekalipun. “Jadi, apoteker di sana hanya perlu fokus pada proses monitoring kesehatan pasien aja dan lebih banyak interaksi dengan pasien. Makanya, di sana jarang ada apoteker yang punya asisten apoteker,” lengkapnya.

Sevana mengaku ia terus mendapatkan banyak pandangan baru yang berbeda dengan apa yang ia temui di Indonesia. Ia menjelaskan, sewaktu berkunjung ke Kampo Pharmacy, ia menyaksikan pemandangan yang berbeda dalam hal pembuatan obat tradisional, untuk membuat 1 obat, memerlukan hingga 10 bahan yang nantinya akan dikerjakan oleh mesin, bukan tangan manusia. Di sana, ia juga mendapatkan kesempatan untuk belajar cara melipat pulveres yang berbeda dengan cara yang ada di Indonesia, cara membuat pipa kapiler, dan cara memotong plat KLT yang terbuat dari kaca.

Dengan berbagai pengalaman mahal yang ditawarkan oleh program ini, tentu banyak dari mahasiswa yang akan menaruh ketertarikan untuk berkesempatan mengikuti KKN Internasional seperti Sevana. Oleh karenanya, ia menambahkan penjelasan perihal tahapan yang perlu diambil dan disiapkan untuk dapat mengikuti program ini. Satu-satunya syarat yang perlu dipenuhi adalah skor ELPT >475. Sementara itu, hal-hal yang perlu disiapkan lebih dini adalah akomodasi selama di sana, seperti tiket pesawat, tiket shinkansen, penginapan, hingga visa. Kemudian, selain akomodasi, Sevana dan timnya banyak mengadakan rapat untuk mendiskusikan rancangan kegiatan. “Karena kan kita KKN ya, bukan liburan, jadi tetep harus kerja buat rancangan kegiatan selayaknya orang KKN pada umumnya,” pungkas ketua program tersebut.

 

Penulis: Ardhana (2022)
Editor: Titin (2021)
Dokumentasi: Bilqis (2021)