info@ff.unair.ac.id +62-31-5937824

BEM FF UNAIR Sukses Selenggarakan ASCLEPIUS 2022

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (BEM FF UNAIR) sukses menyelenggarakan Airlangga Short Course Learning in Pharmaceutical Natural Products Uses (ASCLEPIUS) 2022 pada 18–21 Agustus 2022 secara hybrid. ASCLEPIUS merupakan serangkaian kursus singkat, diskusi, dan studi kasus yang berfokus pada subtema Aromatherapy, Herbal Medicine, Herbal Cosmetics. Sebagai salah satu program yang disponsori Airlangga Global Engagement (AGE), acara ini menghadirkan narasumber mancanegara yang kompeten di bidang produk herbal kefarmasian. Peserta yang berpartisipasi pun datang dari tingkat mahasiswa hingga apoteker serta dari dalam dan luar negeri. Tujuan dari program ini adalah untuk memperkenalkan inovasi produk bahan alam yang aman, terjangkau, serta bermanfaat bagi perkembangan dunia kefarmasian khususnya dan dunia kesehatan pada umumnya.

Serangkaian acara ASCLEPIUS dibuka bersamaan dengan pembukaan International Summer School besutan Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI). Empat kuliah umum mengisi ASCLEPIUS hari pertama dipandu oleh moderator dari Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, apt. Suciati, S.Si., M.Phil., Ph.D. 

Pembicara pertama, Prof. Dr. apt. Daryono Hadi Tjahjono, M.Sc., Eng dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Indonesia memaparkan peran vital universitas dalam upaya modernisasi produk herbal. Peran tersebut berupa mengintegrasikan topik pengembangan obat herbal ke kurikulum pendidikan farmasi. Selanjutnya, Dr. Ram Kumar Sahu asal Universitas Assam, India memberikan gambaran tentang kondisi pengembangan aromaterapi dari berbagai tanaman yang kaya minyak esensial dan banyak ditemukan di negaranya. 

Prof. Dr. Katsuyoshi Matsunami menjadi pembicara ketiga. Dosen Universitas Hiroshima, Jepang itu menjelaskan sejarah panjang manusia dengan tanaman herbal, mulai era prasejarah hingga saat ini. Mayoritas obat modern bahkan dapat ditelusuri asalnya dari bahan alam, seperti aspirin dan morfin. Terakhir, Assoc. Prof. Dr. Komkanok Ingkaninan dari Universitas Naresuan, Thailand menunjukkan besarnya potensi bahan alami sebagai produk kosmetik. Misalnya sebagai kandungan aktif pemutih, arbutin yang didapat dari buah arbei dapat dijadikan alternatif hidrokinon, senyawa yang terbukti bersifat toksik terhadap sel warna kulit. 

Pada hari kedua, panitia mengajak peserta untuk melakukan studi kasus. Sebagai pembekalan, peserta terlebih dahulu mendengar pemaparan materi Herbal Medicine oleh Dr. apt. Wiwied Ekasari, M.Si. dari UNAIR

 yang memperkenalkan jamu sebagai warisan budaya Indonesia yang dibuat dari bahan alam dan terbukti aman serta berkhasiat dari generasi ke generasi. Mahasiswa FF UNAIR, Afsy Nadifa dan Yasmin Zulfah berperan sebagai moderator dan pemandu acara hari kedua.

“Bukti eksistensi obat herbal telah ditemukan di relief Candi Borobudur dan penjelasannya dapat dijumpai di teks kuno seperti Serat Centini,” jelas Dr. Wiwied dalam bahasa Inggris.

Tidak cukup pada bukti empiris, banyak penelitian telah menyimpulkan bahan-bahan dalam jamu memang bermanfaat untuk kesehatan. Jamu pahitan yang dibuat dari daun sambiloto, misalnya, terbukti dapat menurunkan tingkat gula darah pada pasien diabetes.

“Namun, hal yang perlu diperhatikan adalah penggunaan obat herbal harus rutin karena zat aktif yang terkandung dalam kadar rendah,” sambung Dr. Wiwied.

Selanjutnya, giliran Guru Besar UNAIR, Prof. Dr. apt. Mangestuti Agil, MS., untuk memberikan kursus singkat seputar Aromatherapy. Prof. Mangestuti menjelaskan, aromaterapi umumnya berasal dari minyak esensial tumbuhan. Wewangian yang dihasilkan menyebabkan rileks sehingga meningkatkan sistem imun tubuh.

“Penelitian telah menunjukkan manfaat kesehatan dari menggunakan minyak esensial dari berbagai tumbuhan, di antaranya sebagai antimikroba, antiseptik, disinfektan, bahkan antikanker,” tambah Prof. Mangestuti.

Terkait cara penggunaan, Prof. Mangestuti menyarankan untuk hanya menggunakan minyak esensial untuk dihirup sebagai aromaterapi atau dioleskan di kulit sebagai obat luar. Kecuali atas saran dan pengawasan dari tenaga kesehatan, minyak esensial sebaiknya tidak diminum.

“Beberapa minyak mengandung senyawa yang beracun sehingga meminumnya dapat berakibat fatal,” terang Prof. Mangestuti.

Usai penyampaian dua materi, peserta melakukan studi kasus seputar topik obat herbal dan aromaterapi. Peserta lalu secara bergantian mempresentasikan hasil studi kasus dan menanggapi komentar yang diberikan oleh pemateri sebelumnya. 

Agenda ASCLEPIUS bergeser ke hari ketiga dengan penyampaian kursus ketiga oleh Dr. apt. Noorma Rosita, M.Si. mengenai Herbal Cosmetic and Related Problems. Moderator dan pemandu acara hari ketiga, Naila Shafa, mempersilahkan Dr. Noorma untuk menyampaikan kursus ketiga. Dr. Noorma menerangkan bahwa saat ini, kosmetik menjadi kebutuhan pokok bagi segala usia dan gender. Kondisi ini disebabkan oleh kesadaran masyarakat terhadap manfaat kosmetik dalam meningkatkan estetika dan memperlambat proses penuaan.

“Kita melihat ada kenaikan permintaan terhadap produk kosmetik di Asia-Pasifik dari 2019 sampai 2024,” ungkap Dr. Noorma.

Peningkatan permintaan terhadap produk kosmetik ini membuka jalan bagi produk kosmetik herbal. Menurut Dr. Noorma, banyak sekali bahan alam, khususnya dari tumbuhan yang berpotensi sebagai kosmetik. Mulai dari biji buah anggur yang dapat mengatasi penuaan dini hingga kulit buah jeruk yang berkhasiat sebagai pemutih.

Selanjutnya, peserta melaksanakan studi kasus topik kosmetik herbal dengan mekanisme yang sama seperti hari kedua dipandu oleh Yasmin Zulfah sebagai moderator. Peserta kemudian diarahkan untuk melakukan diskusi berkelompok dan diberi tugas untuk membuat desain produk terkait tiga topik yang telah diterima untuk dipresentasikan di hari berikutnya. Selain itu, panitia juga mengumumkan terkait lomba video kampanye produk herbal dan video persembahan budaya asal negara masing-masing yang dapat diikuti oleh peserta.

Di hari terakhir acara, seluruh peserta mempresentasikan hasil diskusi mengenai ketiga topik kursus yakni aromaterapi, obat herbal, dan kosmetik herbal. Presentasi dipandu oleh Yasmin Zulfah sebagai moderator. Dosen farmakognosi FF UNAIR apt. Rr. Retno Widyowati, S.Si., M.Pharm., Ph.D. memberikan umpan balik setelah setiap kelompok pasca penyajian hasil diskusinya. 

Di sela-sela agenda, panitia mengajak peserta untuk bermain tebak-tebakan bendera negara dan selebriti dunia. Peserta tampak antusias dan berhasil menjawab pertanyaan dengan tepat. Selanjutnya panitia mengajak peserta untuk mengenal Kota Surabaya dan FF UNAIR melalui virtual tour yang dipandu oleh Afsy Nadifa dan Naila Shafa. Peserta juga disuguhkan video persembahan budaya dari masing-masing negara asal peserta yang telah mengikuti acara ASCLEPIUS. 

Rangkaian acara ASCLEPIUS 2022 ditutup dengan pengumuman pemenang peserta terbaik, kelompok peserta terbaik, video pertunjukkan budaya terbaik, dan video kampanye produk terbaik.  Salah satu peserta terbaik sekaligus perwakilan grup peserta terbaik “MEDRINK”, Neeraj Kumar yang berasal dari Assam University, India menyampaikan bahwa kesulitan dalam perancangan desain produk kelompok adalah penyusunan formulasi yang harus mempertimbangan stabilitas bahan serta koordinasi tim hingga berhasil menampilkan poster produk yang menarik dan berisi informasi produk yang lengkap. Selain itu, peserta terbaik lainnya, Ramya P Archarya dari Manipal College of Pharmaceutical Sciences, India merasa bersyukur atas kesempatan yang diberikan untuk menunjukkan budaya musik India dan senang dapat menjadi salah satu pemenang video pertunjukan budaya terbaik. Seluruh daftar pemenang dapat ditemui di akun Instagram resmi ASCLEPIUS @asclepius.2022.

 

Reporter : Alfionita (2019), Athallah (2020)
Editor : Titin (2021)
Fotografer : Agung (2020)