info@ff.unair.ac.id +62-31-5937824

PRODUK "NO PAIN" KARYA IDHA KUSUMAWATI

Tahun 2017 adalah gelombang pertama perkembangan start-up, dimana status unicorn pertama kali diraih start up Indonesia. Perkembangan perusahaan rintisan  pada tahun 2017 yang bersifat komoditas umum, seperti marketplace, transportasi dan travel yang tumbuh pesat, berkembang merambah bidang lain seperti healthcare, pertanian dan pendidikan pada tahun 2018. Ini adalah wujud dari gelombang kedua perkembangan start up Indonesia.  Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) menyatakan komitmennya  dalam mengawal perkembangan bisnis rintisan ini melalui sejumlah pemberdayaan. Realisasi dari komitmen tersebut adalah melalui Inovator Inovasi Indonesia Expo (13 E) yang sudah dilaksanakan sejak 3 tahun terakhir bagi para peserta program inkubasi berbasis teknologi Kementerian Ristekdikti. Melalui partisipasi dalam I3E diharapkan peserta program tersebut makin siap dan mampu tumbuh dan memenangkan persaingan, serta menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru. Expo yang diselenggarakan pada tanggal 25-28 Oktober 2018 di Atrium Hall Jogya City Mall ini bertemakan : Start Up: Optimisme untuk Bangsa, yang diikuti oleh 300 perusahaan pemula dari peserta Program Calon Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT) dan Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi (PPBT)

Peserta pameran adalah dari program PPBT dan CPPBT tahun 2018.

Dr.  Idha Kusumawati S.Si. Apt. M.Si., dosen pada Departemen Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Airlangga adalah salah seorang peserta ekspo yang telah mendapatkan pendanaan melalui CPPBT dengan judul: "No Pain, Aplikasi nanoetosom terhadap ekstrak kencur sebabai analgesic dan antiinflamasi spray".

Produk yang dikembangkannya bernama No Pain, yaitu sediaan topikal berbentuk spray yang mengandung ekstrak rimpang kencur (Kaempferia galanga) sebagai bahan aktifnya. Tiap sediaan terbuat dari nano etosom ekstrak kencur yang mengandung etil –p-metoksi sinamat (EPMS) 30 mg/30 ml. Ekstrak rimpang kencur bekerja dalam menghambat COX-2, dan penggunaan teknologi nano etosom dalam sistem penghantaran obatnya mampu menghantarkan senyawa aktif menembus lapisan epidermis dalam waktu relatif cepat. Produk ini mempunyai 3 varian, yaitu panas (hot), original dan cool. Pada varian panas ada penambahan ekstrak jahe merah, dan untuk varian cool ditambahkan mentol. Sediaan ini adalah obat analgesik dan antiradang yang diharapkan dapat digunakan untuk mengatasi nyeri jangka panjang pada penderita gangguan kesehatan, seperti rheumatoid arthritis, osteoarthritis, low back pain, trauma, terkilir dan gangguan kesehatan lain yang memerlukan tindakan untuk mengatasi nyeri dan radang.

"Keistimewaan produk ini adalah pada pemanfaatan bahan alam sebagai bahan baku dan teknologi nano, sehingga diharapkan dapat bekerja lebih efektif", kata Idha. Ia berharap produk yang formula dan bahan aktifnya sudah mendapatkan granted patent dengan no. IDP000053030 ini akan segera mendapatkan ijin edar. Menurutnya, bentuk spray diharapkan dapat menghindari kontaminasi akibat pengolesan dengan tangan seperti cara pemakaian  kebanyakan produk topikal.

Dalam sambutannya, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, Mohamad Nasir, berharap bahwa ekspo ini akan memacu lebih banyak start up baru dan inovatif  berbasis riset dan teknologi karya  peneliti  perguruan tinggi. "Tahun ke 4 sudah ada 900 start up, berarti dalam waktu tidak lama lagi Indonesia mampu mengungguli negara lain melalui penciptaan karya anak bangsa", tegas menteri.

I3E diselenggarakan oleh Direktorat Penguatan Inovasi Kementerian Ristekdikti sebagai ajang pameran karya anak bangsa yang didanai dari program riset CPPBT dan PPBT. (Mangestuti).

 

Keterangan gambar: Dr.  Idha Kusumawati S.Si. Apt. M.Si. dan produk "No Pain"

(Foto: dokumentasi)

 

Keterangan gambar: Ir. Retno Sumekar, M.Sc, Direktur PPBT (berpakaian warna putih) saat mengunjungi gerai "No Pain"

(Foto: dokumentasi)

 

Keterangan gambar:

Dr.  Idha Kusumawati S.Si. Apt. M.Si. dan mahasiswa S1 dan S2 Fakultas Farmasi Universitas Farmasi di gerai "No Pain"

(Foto:dokumentasi)