(*).“Universitas jangan menjadi menara gading.
Harus bisa bantu sekitar,” demikian pesan Direktur Unit Layanan
Pengujian (ULP) Fakultas Farmasi Unair, Prof. Dr. rer. nat.
Gunawan Indrayanto. Menurut Prof. Gunawan, keberadaan unit
layanan semacam
assessment service unityang ada di Fakultas Farmasi
ini, mutlak dibutuhkan.
Selain dapat melayani masyarakat, Universitas memang
sudah waktunya untuk merubah filosofi yang dimilikinya. Di
waktu yang lalu, Universitas hanya terkesan “mencetak sarjana”.
Namun dengan keberadaan Unit Layanan Pengujian ini, Farmasi
Unair bisa langsung berhubungan dengan kalangan industri, yang
notabene akan menyerap para lulusan dari Unair nanti.
Dikatakan oleh Prof. Gunawan, kalangan industri memahami
kebutuhan pasar yang sebenarnya. Mereka juga dapat
menyampaikan, kemampuan apa yang seharusnya dimiliki oleh
lulusan Farmasi.
Sesuai dengan jalurnya, ULP Farmasi ini dapat pula
digunakan untuk kepentingan pendidikan. “Kita memang bekerja
untuk masyarakat. Namun, merekalah yang tahu permasalahan.
Nantinya, itu juga bisa dimanfaatkan sebagai input untuk
pembelajaran. Jadi, mahasiswa bisa langsung dipakai oleh
masyarakat,” papar Prof. Gunawan saat ditemui di ruang
kerjanya.
Ke depan, Fakutas Farmasi ingin mencetak lulusan untuk
siap kerja, dan bukan hanya meluluskan mereka yang siap
training. “Memang sementara ini masih ada gap antara dunia
industri dan perguran tinggi, dan kita mulai berusaha
mencairkannya,” ungkap Prof. Gunawan.
Terakreditasi
Berbicara tentang ULP Farmasi, Prof. Gunawan mengaku
bahwa pada awalnya, ULP yang ditanganinya, memang benar-benar
berjuang dari nol. Berbekal fasilitas alat dari Fakultas
Farmasi, ULP mulai berusaha menumbuhkan kepercayaan dari pihak
luar. Saat beroperasi, ULP sudah langsung menangani uji
terhadap udang, ikan, kedelai, obat tradisional, ataupun sampel
lain yang diterima dari masyarakat.
“Jika tidak dipakai untuk pendidikan, alat itu kita
manfaatkan. Setelah empat tahun, dari keuntungan yang didapat,
akhirnya kita bisa membeli alat seharga Rp. 3 milyar. Sekarang
kita sudah punya tiga HPLC dan satu GC/MS, dan itu semua terus
bekerja selama 24 jam. Agar efisien, pekerjaan sudah dibagi
dalam tiga shift,” terang
Professor of Pharmaceutical Biologyyang satu ini. Pada
akhirnya, ULP Farmasi berhasil meraih akreditasi dari Komite
Akreditasi Nasional (KAN), untuk laboratorium penguji.
Menurut Prof. Gunawan, akreditasi yang diraih ini terasa
begitu penting. Mengingat, banyak laboratorium yang tidak
dipercaya. Di sisi lain, menumbuhkan kepercayaan itu harus
dibangun dengan kerja keras. “Mereka yang kita layani memang
butuh hasil terbaik. Agar mereka bisa lolos sebagai eksportir,
butuh hasil uji yang terpercaya. Untuk itu, kita butuh alat dan
metode yang bagus,” papar Prof. Gunawan.
Dituturkan oleh Prof. Gunawan, bahwa dalam menguji, ULP
Farmasi Unair telah bekerja dengan keras. Mulai dari saat
menerima sampel, melakukan pemeriksaan, hingga memberikan
sertifikasi, diakuinya bahwa ULP terbiasa melakukannya dengan
cermat dan ketat. “Untuk itu, kita memang mengajukan biaya yang
relatif mahal. Namun, itu pasti akan disertai dengan hasil
terbaik pula. Kita memang berniat membantu industri, karena
mereka tidak memiliki Lab. Uji,” tegas
Consultant of Chemical and Pharmaceutical Analysisyang
satu ini.
Kontrak Riset
Ke depan, Prof. Gunawan berharap agar pihaknya mampu
menjalin kontrak riset dengan pihak industri. Namun, hal utama
yang harus dibenahi adalah kesiapan infrastruktur. Dimana ULP
Farmasi, harus menyiapkan kelengkapan alat yang hendak dipakai.
“Memang susah, jika alatnya saja kita tidak punya. Untuk alat
analisa kita memang sudah lebih baik, tapi untuk alat produksi,
kalangan industri justru jauh lebih lengkap dari kita,” ujar
Prof. Gunawan.
Dikatakan oleh Prof. Gunawan, bahwa merealisasikan itu
semua, Perguruan Tinggi tetap butuh komitmen dari pemerintah.
Khususnya berupa dukungan dalam mengembangkan kegiatan
penelitian. “Untuk menjalin kontrak riset dengan kalangan
industri, kita harus dipercaya. Agar dipercaya, kita harus
mumpuni dalam melakukan riset. Sementara yang terjadi, saat
riset, kita masih mengandalkan subsidi dari pemerintah yang
jumlahnya tidak mencukupi,” imbuhnya.
Untuk mengawalinya, Prof. Gunawan mengaku sudah
mengembangkan beberapa kerjasama riset yang berskala kecil.
Jika ingin membangun kepercayaan, diakuinya kita masih
membutuhkan beberapa langkah besar. “Untuk riset kecil-kecilan
kita sudah mulai. Agar menjadi besar, kita memang harus jalan
bertahap,” pungkas Prof. Gunawan.