info@ff.unair.ac.id +62-31-5937824

Kuliah Tamu Fitofarmasi Jadi Alternatif Kunjungan ke Industri Farmasi serta Pengenalan Obat Herbal Internasional

Kuliah Tamu Fitofarmasi Jadi Alternatif Kunjungan ke Industri Farmasi serta Pengenalan Obat Herbal Internasional

Industri obat herbal adalah salah satu potensi kefarmasian lokal yang perlu dikembangkan oleh setiap generasi apoteker. Oleh sebab itu, Departemen Ilmu Kefarmasian Mata Kuliah Fitofarmasi FF UNAIR mengadakan kuliah tamu fitofarmasi yang diselenggarakan secara daring dalam dua pekan, yaitu tanggal 13 dan 19 Maret 2021.

Lebih dari 200 mahasiswa berpartisipasi dalam agenda kuliah tamu kali ini. Tak hanya diikuti oleh mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga saja, turut hadir juga mahasiswa farmasi dari Universitas Brawijaya, Universitas Hang Tuah, dan IIK Bhakti Wiyata Kediri. Serangkaian kuliah tamu ini mendatangkan dosen tamu dari berbagai bidang dalam dua pekan. Pekan pertama diisi oleh Raymond R Tjandrawinata (Pharmacologist Dexa Group) dan Dr. Swarniata Saraf (Ravishankar Shukia University India) sedangkan pekan kedua diisi oleh Harsono Sutedjo, B. A. (PT Industri Jamu Borobudur).

Kuliah tamu dibuka dengan pemaparan materi terkait "Preclinical Data Requirement for Phytopharmaceutical Development" yang disampaikan oleh Bapak Raymond R Tjandrawinata, seorang farmakologis molekular di Dexa group. Pada sesi ini dibahas mengenai tahapan penemuan obat baru dalam tahap pre-klinis. Selain itu, diperkenalkan pula obat modern asli indonesia dari Dexa Group yang berbasis uji klinis dan telah terbukti efektif dan aman untuk pasien. Di akhir sesi, Raymon menyatakan kekagumannya terhadap FF UNAIR. "Saya selalu berharap yang terbaik (untuk FF UNAIR) karena FF UNAIR merupakan salah satu sekolah farmasetika terbaik di Indonesia", ujarnya dalam bahasa inggris.

Dr. Swarniata Saraf dari University Institute of Pharmacy Pt. Ravishankar Shukia University, Raipur, Chhattisgarh, India mendapatkan kesempatan pada materi kedua untuk menyampaikan mengenai pentingnya sistem distribusi obat herbal. Pada sesi ini dibahas beberapa macam obat herbal, masalah dalam formula konvensional, dan beberapa isu seputar obat herbal. Dosen ini juga mengenalkan beberapa produk fitofarmasi yang telah menerapkan berbagai teknologi penghantaran obat seperti nanosistem.

Pada pekan kedua, Bapak Harsono Sutedjo diundang sebagai pengisi materi dengan tema "Industrial Scale Natural Products Extraction." Bapak Harsono memaparkan mengenai tahapan pembuatan ekstrak kering dari simplisia bahan alam serta membahas lebih lengkap mengenai proses ekstraksi skala industri. Teknologi pengolahan PT Industri Jamu Borobudur sudah sangat moder dengan sistem sirkulasi antarmesin tertutup pada proses ekstraksi. "Hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi dan kelalaian pekerja. Seluruh alat yang berkontak langsung dengan bahan olahan juga terbuat dari baja tahan karat atau plastik yang memiliki kualifikasi food grade demi keamanan," ungkapnya.

Pada sesi tanya jawab, peserta yang mayoritas merupakan mahasiswa semester akhir antusias menanyakan istilah dan proses di lingkungan industri yang belum pernah didapat selama kuliah atau praktikum. 

Selain itu beberapa dosen juga menanggapi terkait pemaparan materi skala industri yang berbeda dari istilah perkuliahan. Dr. Idha Kusumawati, M.Si, Apt.  menjelaskan salah satu perbedaanya,, “Ada beberapa hal (di industri) yang sangat berbeda dari yang kami lakukan di laboratorium. Contohnya, Bapak Harsono menggunakan istilah ‘rempah’, sedangkan kami menggunakan istilah ‘simplisia’. Jadi, ada beberapa hal yang masih baru bagi mahasiswa."

Sebagai penutup, Bapak Harsono berharap mahasiswa bisa datang langsung untuk kunjungan industri setelah pandemi selesai, “Sayangnya, di situasi seperti ini, kunjungan ke industri hanya dapat dilaksanakan melalui Zoom. Semoga di tahun berikutnya, situasi bisa normal sehingga kami bisa kembali menerima mahasiswa dan mereka dapat melihat langsung pabrik kami."

Kontributor: Tim Farma Pos Athallah Syauqi (2020), Usva'atul Vernanda (2020), Agung Bagus (2020), dan Denayu Pebrianti (2019)