info@ff.unair.ac.id +62-31-5937824

RAPAT KOORDINASI PENEMPATAN PRAKTEK KERJA PROFESI (PKP) MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNAIR DI PUSKESMAS.

Para dosen sempat bertanya : Apa apa di Kampus B ? Kok hari ini terlihat banyak mobil ambulan parkir di kampus B ?  Memang hari itu, selasa, 3 Juni 2009, di Kampus B UNAIR terlihat pemandangan yang agak lain dari hari biasa, disepanjang jalan di depan gedung Fakultas Farmasi parkir penuh dengan mobil Puskesmas. Beberapa dosen mengeluh sangat sulit mencari lahan parkir karena hari itu bersamaan juga dengan proses pendaftaran mahasiswa baru jalur PMDK Umum.

  Acara pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut dari pertemuan Dekan, Wakil Dekan II dan Ketua Departemen Farmasi Komunitas – Fakultas Farmasi UNAIR dengan Ibu dr. Esti Martiana Rahmi, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Surabaya di Kantor Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Jalan Jemurari 197, Surabaya, pada hari rabu, 27 Mei 2009.

  Sebelumnya pada hari jumat 29 Mei 2009 di Ruang Sidang, Fakultas Farmasi UNAIR memfasilitasi pertemuan Kadinkes Kota Surabaya dan Pimpinan Fakultas Farmasi UNAIR dengan para apoteker yang ditempatkan oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya di setiap Puskesmas yang ada di Surabaya, untuk  menjelaskan maksud dan tujuan penempatan praktik kerja profesi (PKP) mahasiswa peserta Program Pendididkan Profesi Apoteker (P3A) - Fakultas Farmasi UNAIR di Puskesmas serta memperoleh usulan/saran/masukan dari para apoteker yang selama ini telah bekerja melaksanakan pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Selain dihadiri Para ketua dan Sekretaris Departemen dan Tim Pengelola program Pendidikan Profesi Apoteker, acara dihadiri secara penuh oleh Ibu dr. Esti Martiana Rahmi, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, yang juga bertindak sebagai nara sumber. Hadir pula beberapa Staf Dinas Kesehatan Kota Surabaya, diantaranya Ibu drg. Ryas, Ibu Dra. Anik Sumarwati, Apt dan Bapak Hariyanto, SKM.


  Sebagai tindak lanjut pertemuan hari jumat, pada hari selasa, 3 Juni 2009 di Ruang Kuliah 31, Fakultas Farmasi UNAIR memfasilitasi pula pertemuan Kadinkes Kota Surabaya dan Pimpinan Fakultas farmasi UNAIR dengan seluruh dokter/dokter gigi Kepala Puskesmas dan seluruh apoteker yang bertugas di seluruh Puskesmas di kota Surabaya, pertama-tama untuk saling kenal dan bersilaturahmi dan untuk berkoordinasi, meminta bantuan dan ijin serta menjelaskan maksud dan tujuan serta teknis pembelajaran mahasiswa peserta P3A untuk melaksanakan PKP di Puskesmas sebagai suatu tempat PKP yang baru, selain tempat PKP yang selama ini sudah berjalan yaitu apotek, rumah sakit dan industri farmasi.

  Bertindak selaku nara sumber dalam acara tersebut Ibu dr. Esti Martiana Rahmi selaku  Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Bapak Drs. Abdul Muchid, Apt selaku Direktur Direktorat Pembinaan Farmasi Komunitas dan Klinik – Dirjenbinfaralkes – Depkes RI Jakarta dan Bapak Drs. Fauzi Kasim, Apt. MM, selaku Wakil dari PP ISFI. Pada kesempatan terakhir Ibu Dr. Hj. Umi Athijah selaku Wakil Tim Pengelola P3A menjelaskan secara detail maksud dan tujuan penempatan PKP mahasiswa peserta P3A di Puskesmas, dengan harapan memperoleh bantuan dari dokter/dokter gigi serta apoteker di Puskesmas, sehingga akan memberikan nuansa baru bagi para mahasiswa dalam upaya peningkatan dan pengembangan pelayanan kefarmasian, kepada masyarakat pada umumnya, dan secara khusus pelayanan kefarmasian kepada masyarakat di kecamatan tempat Puskesmas tersebut.

  Di Indonesia baru di Kota Surabaya, yang di semua Puskesmas ada apoteker sebagai tenaga kesehatan sarjana bidang kefarmasian, hal tersebut terwujud atas visi yang jauh ke depan dan prakarsa (atau bahasa Suroboyo, ke”bonek”an), Ibu dr. Esti Martiana Rahmi selaku Kadinkes Kota Surabaya, yang sejak tahun 2007, dengan dibantu Pengurus Daerah ISFI Jatim telah memprogramkan penempatan satu apoteker di masing-masing Puskesmas di Kota Surabaya (total ada 53 Puskesmas), sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan dasar/primer yang langsung berhadapan dengan rakyat kecil yang tidak/kurang mampu secara ekonomi. Fakultas Farmasi UNAIR merasa tertantang untuk membantu pihak Dinas Kesehatan Kota Surabaya untuk memberdayakan apoteker dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di Puskesmas.  

Sejak tahun 2006, oleh Dirjenbinfaralkes – Depkes RI, melalui Dirbinfarkomnik telah diterbitkan Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, dengan tujuan membantu tercapainya 4 indikator utama kecamatan sehat ; lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan penduduk, untuk mewujudkan masyarakat mandiri yang hidup sehat, untuk itu Puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu.

  Tahun 2007 oleh Menkes RI Ibu dr. Siti Fadilah Supari telah pula diterbitkan Buku Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas sebagai revisi atas edisi tahun 1985. Dalam pedoman tersebut ada 114 diagnosis sesuai pola penyakit yang paling  banyak ditemukan di pelayanan kesehatan dasar serta penyakit2 baru yang beresiko terhadap masyarakat seperti HIV/AIDS, Flu Burung, Flu Babi. Buku tersebut dilengkapi pula dengan pemberian obat terpilih agar pemberian obat  (intervensi farmakoterapi) memberikan manfaat maksimal dengan resiko minimal bagi pasien serta dengan biaya efektif, dengan demikian diharapkan tercapainya penggunaan obat yang rasional.  

Mengingat bahwa penempatan apoteker di Puskesmas merupakan suatu hal yang baru, yang memerlukan bantuan semua pihak untuk meningkatkan dan mengembangkan tugas dan fungsinya agar sesuai dengan harapan baik pihak Depkes maupun pihak Dinkes. Dengan persetujuan Ibu dr. Esti selaku Kadinkes Kota Surabaya dan petunjuk dari Dirbinfarkomnik dalam Lokakarya Pola Baru Praktik Kerja Profesi di Hotel Jayakarta – Senggigi - Lombok, Fakultas Farmasi UNAIR mencoba membantu dengan mengembangkan pelaksanaan P3A berupa penempatan mahasiswa P3A untuk PKP di Puskesmas, dengan demikian mahasiswa mengetahui “drug related problem” yang ada di Puskesmas, dan pihak Fakultas Farmasi UNAIR sebagai “produsen” apoteker dapat menyikapinya secara baik dan benar. Misalnya sebagai contoh kasus PPA (Phenyl Propanol Amin), yang disinyalir di Amerika menyebabkan perdarahan otak, tetapi di Indonesia masih dipakai sebagai componen dari obat flu. Sempat beredar isu, di media dan by sms, bahwa PPA harus ditarik dari peredaran, tetapi ternyata penjelasan BPOM : di Amerika PPA selain dipakai dipakai sebagai dekongestan pada obat flu juga sebagai appetite supressant - obat pelangsing. Kalau sebagai komponen obat flu PPA hanya digunakan dalam dosis rendah dibawah 60 mg/hari dalam waktu pemakaian 5 – 6 hari, sedangkan sebagai obat pelangsing digunakan 150 mg/hari dalam waktu minimal 1 bulan.  Selaras dengan hal tersebut di atas, pada hari sabtu tanggal 13 Juni 2009, Fakultas Farmasi UNAIR menyelenggarakan Seminar Obat Off Label. Sebagai bentuk apresiasi, khusus untuk para Apoteker Puskesmas di Surabaya, kami undang untuk ikut dengan biaya ditanggung Fakultas Farmasi UNAIR.

  Dalam pengantarnya untuk membuka dan memoderatori acara pertemuan, Dekan Fakultas Farmasi UNAIR, Prof. Dr. H. Achmad Syahrani, Apt., MS mengatakan : “ Pihak Fakultas Farmasi UNAIR tidak mungkin menyerahkan begitu saja para mahasiswa ke Puskesmas, diperlukan adanya komunikasi dan koordinasi dengan Bapak/Ibu dokter Kepala Puskesmas selaku pihak yang bertanggungjawab atas segala sesuatu yang ada dan terjadi di Puskesmas dan tentu saja dengan para Apoteker Puskesmas yang nantinya akan dipersepsi sebagai “preceptor (role model)” yang menjadi panutan para mahasiswa, untuk itulah pertemuan ini diselenggarakan, dengan harapan Insya Allah niat baik ini akan memperoleh rahmah dan berkah ALLAH SWT”. Untuk lebih jelasnya, Ibu Dr. Hj. Umi Athijah, Apt., MS., selaku Wakil Ketua Tim Pengelola P3A akan mempresentasikan maksud dan tujuan Fakultas Farmasi UNAIR secara lebih detail dalam menempatkan mahasiswa P3A untuk melaksanakan PKP di Puskesmas. Tentunya dalam konsep yang kami buat masih banyak kekurangan2, untuk itu kami mohon masukan serta kebijakan Bapak/Ibu sehingga dengan demikian akan “lebih cepat dan lebih baik” dan kita “lanjutkan” penempatan apoteker di Puskesmas serta penempatan mahasiswa PKP di Puskesmas sebagai bagian dari upaya peningkatan pelayanan kesehatan yang “pro kerakyatan”. Kita berharap dimasa yang akan datang di kurang lebih 10.000 Puskesmas yang ada di Indonesia dapat ditempatkan 10.000 orang apoteker untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian secara baik dan benar.